Dia menjelaskan raksasa migas yang juga disebut super major oil companies atau big oil itu tengah berburu aset-aset baru di berbagai belahan dunia.
“Nah prospek itu harus di-support dengan apa? Datanya yang bagus. Pernah ada penemuan di situ. Beruntung Indonesia ini dua tahun terakhir kan ada temuan di Andaman, ada di Kalimantan Timur, dan sebagainya. Proyek-proyek besar juga mulai dikerjakan,” ujarnya.
Temuan-temuan tersebut, lanjutnya, lantas menjadi pertanda bahwa sektor hulu migas di Indonesia masih menjanjikan sehingga banyak memikat investor asing, bahkan yang sebelumnya sudah pernah hengkang.
Dukungan Kebijakan
Selain faktor prospek, Nanang menyebut kebijakan fiskal di sektor hulu migas Tanah Air sudah mulai dipandang lebih ramah investor.
“Misalnya kita memberikan [gross] split sampai 50% untuk area-area yang berisiko. Itu kan artinya kita sudah mulai apa memberikan ‘karpet merah’ lah buat perusahaan-perusahaan internasional untuk datang ke Indonesia,” tuturnya.
Tidak hanya itu, para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) juga dinilainya memandang nilai keekonomian proyek hulu migas di Indonesia cukup menarik.
“Ya mereka mengajukan insentif dan pemerintah mau. Diskusi dahulu, setelah kita diskusi, oke kita beri insentif.”
Berdasarkan Laporan Kinerja Ditjen Migas Kementerian ESDM 2024, realisasi investasi hulu migas pada tahun lalu mencapai US$15,33 miliar, naik 18% dari capaian sebelumnya senilai US$12,92 miliar.
Ditjen Migas menguraikan beberapa tantangan dalam pencapaian investasi hulu migas di antaranya terkendalanya pengeboran sumur pengembangan karena safety stand down, ketersediaan rig dan tenaga kerja, serta banjir di lokasi.
"Namun, nilai secara keseluruhan mengalami peningkatan dari 2023. Kegiatan investasi eksplorasi terus ditingkatkan dengan penemuan big fish dan laut dalam, tetapi perlu dilakukan peningkatan untuk mencapai target yang diinginkan," papar laporan tersebut.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) sebelumnya menyatakan terdapat 25 perusahaan skala besar maupun menengah akan berinvestasi di hulu migas Indonesia, termasuk sejumlah big oil seperti TotalEnergies SE, Chevron Corp, hingga Shell Plc.
“Ada 25 [perusahaan] yang besar-besar dan juga sedang setengah. Alhamdulillah, Total, Chevron, dan Shell juga mau masuk. Keren kan,” kata Kepala SKK Migas Djoko Siswanto ditemui di sela kegiatan IPA Convex, Selasa (20/5/2025).
Chevron saat ini sudah berkomitmen untuk datang dan melihat wilayah kerja (WK) lapangan migas yang besar.
“Nanti perusahaan besar dia ngambil mau lihat yang besar-besar juga gitu,” tuturnya.
Djoko juga menjelaskan perusahaan-perusahaan yang akan berinvestasi di hulu migas Indonesia terutama difokuskan untuk eksplorasi. Ada yang sudah melakukan joint study dan ada yang sudah menyelesaikan joint study.
Lebih lanjut, pemerintah bakal melelang 60 blok migas secara bertahap yang akan difokuskan di wilayah Indonesia Timur hingga 2028. Hal ini dikarenakan sejumlah blok migas yang ada di Indonesia Timur memiliki potensi yang lebih besar.
“Dia potensi terbesar di daerah timur ya, [bagian] barat kan sudah jenuh ya,” ujarnya.
(wdh)































