Logo Bloomberg Technoz

Hasilnya menunjukkan bahwa konsumen mulai mengurangi belanja mereka dalam menghadapi kenaikan biaya pinjaman, sejalan dengan perkiraan bank sentral. Bank Sentral Australia atau Reserve Bank Austrlia (RBA) secara tak terduga menaikkan suku bunga acuan bulan ini ke level tertinggi 11 tahun menjdi 3,85%, dari rekor terendah 0,1% saat mulai mengetatkan kebijakan moneternya setahun yang lalu.

Data penjualan ritel Australia

"Pertumbuhan ekonomi riil akan tidak merata selama 2023," kata Sean Langcake, Kepala Ekonom Oxford Economics Australia. 

"Namun hal ini tidak menutup kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut. Inflasi masih tetap tinggi, dan kami pikir RBA akan menyatakan bahwa masih banyak yang harus dilakukan."

Penjualan ritel merupakan masukan utama untuk keputusan suku bunga karena konsumsi menyumbang sekitar 60% dari produk domestik bruto. Rumah tangga yang tangguh telah menjadi faktor kunci dalam keyakinan para pembuat kebijakan bahwa ekonomi dapat bertahan dengan suku bunga yang lebih tinggi.

Namun, ada tanda-tanda bahwa konsumen mulai tertekan di bawah beban biaya pinjaman yang lebih tinggi dan inflasi yang tinggi, mengancam untuk mendorong ekonomi A$2,2 triliun ($ 1,4 triliun) ke arah yang berlawanan pada kuartal pertama. 

Lebih jauh lagi, sejumlah besar hipotek yang telah ditetapkan selama tiga tahun dengan suku bunga rendah selama pandemi akan beralih ke suku bunga saat ini dalam beberapa bulan mendatang. 

Laporan ritel hari ini juga menunjukkan:

  • Produk pakaian, alas kaki, dan aksesori pribadi naik 1,9% dan department store naik 1,5%, satu-satunya kategori yang naik
  • Pengeluaran terkait makanan turun, dengan penurunan di kafe, restoran, dan layanan makanan untuk dibawa pulang, 0,2% lebih rendah, dan ritel makanan, 0,1%.
  • Ritel makanan mencatat penurunan pertama setelah 13 kali kenaikan berturut-turut

Bloomberg Economics memperkirakan pelemahan pada tahun 2023 karena dampak penuh dari pengetatan kebijakan akan berlanjut ke anggaran rumah tangga. Ekonom James McIntyre memperkirakan penurunan volume penjualan ritel pada kuartal pertama berarti konsumsi dapat menurunkan 0,1 poin persentase dari pertumbuhan PDB pada kuartal pertama - berpotensi menyebabkan kontraksi ekonomi pada periode tersebut.

Data PDB Australia untuk kuartal pertama akan dirilis pada 7 Juni.

RBA memperkirakan perlambatan dalam pengeluaran, memperkirakan pertumbuhan konsumsi sebesar 1,7% pada akhir tahun, turun dari kenaikan 7,5% pada tahun 2022. 

Pertumbuhan populasi yang lebih kuat dari perkiraan dipandang sebagai penyeimbang penting bagi pelemahan belanja konsumen. "Pertumbuhan populasi yang melonjak akan membantu Australia menghindari resesi teknis pada tahun 2023," kata McIntyre.


- Dengan Asistensi Tomoko Sato.

(bbn)

No more pages