Logo Bloomberg Technoz

Di sisi lain, lanjutnya, bahan baku logam timah untuk memproduksi solder dari dalam negeri justru diganjar pajak pertamnahan nilai (PPN) sebesar 12%, sehingga menyebabkan solder produksi lokal kalah bersaing.

Harwendro menambahkan pemasaran produk hilir timah seperti solder juga terganjal oleh regulasi ekspor.

Menurutnya, pasar produk solder bervariasi—baik dari spesifikasi bentuk maupun komposisi — menyesuaikan permintaan pembeli, tetapi regulasi ekspor solder hanya mengatur spesifikasi tertentu.

“Di samping itu, tidak ada keistimewaan kepada pelaku hilirisasi timah dalam hal kebijakan dan pemberian insentif fiskal, finansial, maupun infrastruktur kawasan khusus,” terangnya.

Proyek Smelter

Sampai dengan saat ini, baru ada tiga smelter timah yang memiliki proyek hilirisasi. Pertama, PT Mitra Stania Prima yang memiliki pabrik di Batam dengan kapasitas produksi solder sebanyak 4.000 ton per tahun atau ton per year (tpy).

Kedua, PT Timah Tbk (TINS) yang memiliki tiga proyek hilirisasi timah berupa solder dengan kapasitas produksi 2.000 tpy, tin chemical 21.000 tpy, dan tin powder 100 tpy.

Ketiga, PT Citra Persada Mulia yang memiliki smelter Kepulauan Riau dengan dua proyek hilir untuk memproduksi solder 4.000 tpy dan tin chemical 16.000 tpy.

“[Proyek] yang sudah berjalan baru Timah Industri, dua lagi mudah-mudahan tahun ini bisa beroperasi. [...] Lainnya ada Solderindo dengan proyek tin solder 4.800 tpy dan PT Pelat Timah Nusantara Tbk [NIKL] atau Latinusa dengan tin plate 160.000 tpy,” kata Harwendro.

Sepanjang lima tahun belakangan sampai dengan kuartal I-2025, AETI mencatat nilai ekspor timah tumbuh positif rata-rata 1,65% per tahun. Nilai ekspor tertinggi dicatatkan pada 2021 dengan US$2,43 miliar.

Sepanjang 2024, nilai ekspor timah Indonesia mencapai US$1,42 miliar atau turun 19,96% dari capaian US$1,77 miliar tahun sebelumnya.

Per kuartal I-2025, nilai ekspor timah RI adalah US$0,35 miliar, melesat 237,85% secara year on year (yoy).

Secara volume, ekspor timah RI dalam lima tahun terakhir cenderung turun rata-rata 7,85% per tahun, dengan volume tertinggi dicatatkan pada 2022 sejumlah 77,48 ribu ton.

Pada 2024, volume ekspor timah mencapai 45,42 ribu ton atau anjlok 33,62% dari tahun sebelumnya yang berjumlah 68,43 ribu ton. Sepanjang kuartal I-2025, volume ekspor timah RI mencapai 11,02 ribu ton, melonjak 189,93% secara yoy.

Timah dilego di harga US$32.816/ton di London Metal Exchange (LME) hari ini, merosot 0,48% dari hari sebelumnya.

(wdh)

No more pages