IHSG menjadi yang teratas dari beberapa Bursa regional dan Asia yang menghijau sepanjang hari, bersama S&P/ASX 200 (Australia), Straits Times (Singapura), dan SENSEX (India), yang berhasil menguat masing-masing 0,20%, 0,19%, dan 0,18%.
Sementara Bursa Saham Asia lainnya terjerembab di zona merah i.a PSEI (Filipina), SETI (Thailand), Shenzhen Comp. (China), NIKKEI 225 (Tokyo), TOPIX (Jepang), Kospi (Korea Selatan), CSI 300 (China), Hang Seng (Hong Kong), Shanghai Composite (China), KLCI (Malaysia), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), dan TW Weighted Index (Taiwan), yang terpangkas masing-masing 1,66%, 1,42%, 1,16%, 0,92%, 0,75%, 0,74%, 0,74%, 0,58%, 0,54%, 0,23%, dan 0,12%.
Jadi, IHSG adalah indeks dengan penguatan tertinggi pertama dan nomor satu di Asia, dan juga ASEAN.
Salah satu sentimen yang positif bagi IHSG datang dari hasil rilis Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI). Laporan BI menyebut penjualan ritel yang dicerminkan dengan Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Maret berhasil mencapai 248,3. Mencatat pertumbuhan 5,5% yoy.
Pencapaian tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Februari yang sebesar 2% yoy.
“Peningkatan IPR tersebut terutama didorong oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, Barang Budaya dan Rekreasi, serta Sub Kelompok Sandang,” demikian laporan BI.
Secara bulanan, penjualan eceran pada Maret melesat 13,6%. Jauh lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 3,3% mtm.
“Peningkatan tersebut bersumber dari mayoritas kelompok barang, terutama Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau, Barang Budaya dan Rekreasi, serta Sub Kelompok Sandang, sejalan dengan permintaan masyarakat saat Ramadan dan HBKN Idulfitri, serta strategi retailer yang memberikan potongan harga,” ungkap laporan BI.
Sentimen gencatan perang tarif antara AS dan China juga jadi pendorong penguatan IHSG. Pemerintah AS dan China telah sepakat untuk mengurangi tarif secara signifikan, dari 145% menjadi 30% dan dari 125% menjadi 10%, masing-masing untuk periode 90 hari mulai 12 Mei 2025.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, gencatan perang dagang antara AS dan China, kesepakatan dagang dengan Inggris, serta sejumlah kontrak besar di Teluk potensial memberi kelegaan bagi investor.
Tim Research Phillip Sekuritas dalam risetnya menyebut perang dagang global tampak mereda setelah AS dan China pada hari Senin sepakat untuk melakukan gencatan senjata selama 90 hari dengan cara menurunkan tarif timbal-balik (reciprocal tariff) dan berbagai hambatan perdagangan lainnya sambil melakukan negosiasi untuk mencapai perjanjian dagang yang bersifat lebih permanen.
Senada, Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG menguat ditopang oleh sentimen positif dari trade deals AS–China serta data retail sales dalam negeri bulan Maret yang tumbuh 5,5% yoy dari Februari 2% yoy.
(fad/wep)































