Logo Bloomberg Technoz

Sekadar catatan saja, berdasarkan data Momentum Works 2022, Shopee mengambil porsi pangsa pasar 36%, disusul Tokopedia 35%, Lazada bersama Bukalapak 10%, TikTok 5%, dan BliBli 4%.

Di Asia Tenggara pangsa pasar Shopee tercatat US$18,7 miliar, mengutip laporan Fitch Solution BMI. Shopee juga masih menjadi pemimpin pasar di kawasan tahun lalu, diikuti TikTok dan Lazada, mengutip Bloomberg News.

Nilai transaksi penjualan Shopee diklaim Forrest Li, Chairman dan CEO Sea (induk Shopee) naik 28% dari tahun ke tahun, dengan capaian GMV US$100,5 miliar dan pendapatan US$12,4 miliar di 2024, dilaporkan Bloomberg.

Pihak Bukalapak tegaskan bahwa penutupan layanan penjualan produk fisik tidak berdampak material dari sisi biaya yang harus ditanggung, bahkan hanya memiliki kontribusi kurang dari 3% dari seluruh pendapatan per 30 September 2024.

Sisa Dana IPO Rp9 Triliun, Aplikasi Bukalapak Jadi Begini

Tampilan Bukalapak Pasca Penutupan Bisnis Ecommerce. (Dok: tangkapan layar)

Jauh sebelum Bukalapak menutup bisnis ecommerce, pada 2021 perusahaan melakukan pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengakumulasi dana mencapai US$1,5 miliar, atau hampir Rp22 triliun (dengan asumsi kurs rupiah pada saat itu).

Pada awal Januari, Direktur Utama Willix Halim bilang dana sisa IPO yang belum dipakai sekitar Rp9 triliun dan akan tetap digunakan sebagai modal dari bisnis yang sudah ada. Namun, tidak menutup kemungkinan Bukalapak untuk membuka lini bisnis baru untuk mendongkrak kondisi keuangan perusahaan.

Willix juga mengatakan bahwa kondisi bisnis yang berkembang saat ini sangatlah dinamis, sehingga perubahan model bisnis pada Bukalapak memungkinkan dengan tujuan untuk mengoptimalkan penggunaan dana IPO untuk kepentingan perseroan.

Sejak IPO hingga akhir Desember 2024, Bukalapak telah menggunakan dana IPO senilai Rp6,9 triliun untuk modal kerja perusahaan.

Sementara belum dipakai untuk keputusan investasi atau eksekusi model bisnis baru, Bukalapak menempatkanya pada sejumlah instrumen keuangan seperti giro hingga obligasi. Berikut rincian penempatan sisa dana IPO Bukalapak per 31 Desember 2024:

Rincian Penempatan Sisa Dana IPO Bukalapak

Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda bercerita bahwa keputusan fokus pada produk digital dan layanan virtual mencerminkan dinamika yang tidak mudah dan tekanan berat dalam industri e-commerce tanah air.

Keputusan tutup lapak ecommerce diikuti dengan dampak PHK

Dalam peta persaingan e-commerce, Nailul membagi pemain menjadi tiga lapisan: TikTok, Tokopedia, dan Shopee di lapis teratas; diikuti Lazada, Blibli, dan Bukalapak di lapisan kedua; serta Zalora dan Orami di lapisan ketiga. Berdasarkan data iPress Group 2023, Shopee dan Tokopedia menguasai pangsa pasar masing-masing sekitar 37-42% dan 30-35%, sementara Bukalapak hanya berada di kisaran 5–10%.

Oleh karena itu, Nailul menyoroti tantangan ke depan tidak hanya datang dari persaingan produk dan layanan, tetapi juga dari bagaimana platform membangun ekosistem pendukung seperti pembayaran digital, logistik, dan pembiayaan. Ia mengingatkan bahwa integrasi seperti ini harus tetap mematuhi aturan yang berlaku agar tidak menciptakan praktik monopoli atau diskriminatif.

"Upaya efisiensi dapat dilakukan sepanjang tidak mengarah pada praktik diskriminasi atau praktik monopoli. Hal ini berpotensi melanggar UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat," jelas Huda.

Sementara, kabar terbaru dari Bukalapak yakni rencana mereka melakukan pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp1,9 triliun. Aksi korporasi ini akan berlangsung 26 Maret hingga 25 Juni 2025.

Sekretaris Perusahaan BUKA, Cut Fika Lutfi mengatakan aksi buyback saham dilakukan akibat adanya fluktuasi kondisi pasar keuangan yang terjadi secara signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Aksi ini dapat dilakukan di luar maupun di dalam Bursa.

BUKA mengambil kesempatan buyback tanpa perlu persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) usai Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberi keleluasaan aksi korporasi saat pasar berfluktuasi dengan terbitnya POJK 29/2023.

Sejarah Bukalapak

Sebagaimana diketahui, Bukalapak didirikan pada 2010 oleh beberapa orang pengusaha, Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Muhammad Fajrin Rasyid. Mulanya, e-commerce ini berdiri sebagai marketplace untuk memfasilitasi para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM), sebagai bagian dari membuat ekonomi yang berkeadilan dan merata.

Hingga 2020, perusahaan bahkan terus mengalami perkembangan dan menjadi salah satu perusahaan startup teknologi besar all commerce di Indonesia, dan berpengaruh terhadap penetrasi UMKM warung di Indonesia. Ekspansi bisnis bahkan juga dilakukan oleh Bukalapak dengan menyediakan berbagai fitur dan produk tambahan seperti layanan logistik melalui Bukasend hingga keuangan digital seperti Bmoney.

Perseroan sempat memiliki lebih dari 100 juta pengguna layanan dan sebanyak 13,5 juta UMKM di Indonesia, terbilang menyusut dari laporan per Mei 2023 lalu. Pada saat itu, BUKA melaporkan pengguna mencapai 130 juta dan 16,8 juta mitra UMKM.

(prc/wep)

No more pages