Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Musim kemarau merupakan periode penting dalam siklus iklim Indonesia yang dapat memengaruhi berbagai sektor kehidupan, mulai dari pertanian hingga ketersediaan air bersih.

Berdasarkan prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim kemarau 2025 akan berlangsung dalam durasi yang lebih singkat dari biasanya, dengan puncaknya terjadi pada bulan Juni hingga Agustus. 

Dilansir Bloomberg Technoz dari berbagai sumber artikel ini akan dibahas tentang jadwal musim kemarau 2025, wilayah terdampak, serta langkah mitigasi yang disarankan.

Awal Musim Kemarau 2025 dan Wilayah yang Mulai Terdampak

Warga melintas di tanah yang kering akibat kemarau di Jonggol, Kab. Bogor, Jawa Barat, Jumat (4/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

BMKG memprediksi bahwa musim kemarau di Indonesia akan mulai berlangsung secara bertahap sejak April hingga Juni 2025. Beberapa wilayah yang lebih awal memasuki musim kemarau, terutama pada April dasarian ketiga hingga Mei dasarian kedua 2025, antara lain:

  • Sebagian kecil Aceh

  • Sebagian Sumatera Utara

  • Sebagian kecil Sumatera Barat

  • Bagian dari Bengkulu dan Jambi

  • Beberapa area di Sumatera Selatan dan Lampung

Selain itu, wilayah lain seperti bagian utara Banten, Jakarta Utara, serta bagian utara Jawa Barat, juga diperkirakan akan mulai mengalami kemarau pada periode tersebut. Kawasan lain yang ikut terdampak termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagian Jawa Tengah, sebagian besar Jawa Timur, bagian dari Sulawesi Selatan, serta wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Prediksi Puncak Musim Kemarau: Juni hingga Agustus 2025

Menurut Ketua Tim Kerja Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani, puncak musim kemarau akan terjadi pada:

  • Juni – Juli 2025 di wilayah barat Indonesia

  • Agustus 2025 di sebagian besar wilayah timur Indonesia

Wilayah dengan Puncak Kemarau Juni – Juli 2025

  • Jawa bagian barat

  • Kalimantan bagian utara

  • Sebagian kecil wilayah Sulawesi

  • Papua bagian tengah dan timur

Wilayah dengan Puncak Kemarau Agustus 2025

  • Jawa bagian tengah hingga timur

  • Sebagian besar Kalimantan

  • Sebagian besar Sulawesi

  • Bali, NTB, dan NTT

  • Beberapa bagian Maluku dan Maluku Utara

  • Sebagian wilayah Papua

Durasi Musim Kemarau 2025 Lebih Pendek, Namun Tetap Perlu Waspada

Warga mengambil air dari sumur saat musim kemarau di Cibarusah, Kab. Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyatakan bahwa musim kemarau tahun 2025 diprediksi akan lebih singkat dibandingkan musim-musim sebelumnya. Hal ini berdasarkan hasil pemantauan dan analisis dinamika iklim global dan regional yang dilakukan hingga pertengahan April 2025.

Fakta Penting:

  • Hanya 115 Zona Musim (ZOM) yang diperkirakan memasuki musim kemarau pada April 2025.

  • Jumlah ZOM yang terdampak akan meningkat signifikan pada Mei hingga Juni.

  • Fenomena iklim global seperti El Nino–Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) berada dalam kondisi netral, artinya tidak ada gangguan besar dari Samudera Pasifik dan Hindia.

Namun demikian, sekitar 26% wilayah Indonesia diprediksi mengalami musim kemarau yang lebih panjang, terutama di sebagian besar wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Mitigasi Risiko Musim Kemarau 2025: Langkah yang Perlu Dilakukan

Meskipun musim kemarau tahun ini lebih pendek, BMKG tetap mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai potensi bencana, seperti kekeringan ekstrem dan kebakaran hutan.

Langkah Mitigasi yang Disarankan:

  1. Penyesuaian Varietas Tanaman
     Petani dianjurkan menanam varietas yang tahan terhadap kekeringan sesuai dengan prediksi awal musim kemarau di wilayah masing-masing.

  2. Optimalisasi Pengelolaan Air
     Pemerintah daerah dan masyarakat diminta untuk memaksimalkan pengelolaan sumber daya air, termasuk pembangunan embung dan sistem irigasi yang efisien.

  3. Kesiapsiagaan terhadap Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla)
    Wilayah yang rawan karhutla perlu meningkatkan patroli, sistem peringatan dini, dan pengawasan aktivitas pembakaran terbuka.

(seo)

No more pages