Sementara bila menghitung year-to-date, net sell asing telah mencapai Rp51,08 triliun dengan kurs dolar terakhir.
Besarnya tekanan jual asing di saham serta di instrumen penangkap hot money, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) selama April lalu, membuat rupiah ambles menjadi yang terburuk di Asia dan lantas agak sedikit membaik di pekan terakhir ketika asing mulai kembali memborong SBN.
Potensi penurunan bunga acuan
Mayoritas harga surat utang negara pada April membukukan kenaikan yang menarik. Hal itu terindikasi dari penurunan tingkat imbal hasil di sebagian besar SUN berbagai tenor, terutama tenor pendek.
Mengacu data Bloomberg, sebulan terakhir, SBN tenor 1Y misalnya, yield-nya telah terpangkas 31 basis poin. Sementara tenor 2Y telah turun 25,7 basis poin sampai perdagangan terakhir April sore, kini di level 6,357%.
Tenor menengah 5Y juga turun imbal hasilnya 16,8 basis poin kini di 6,575%. Adapun tenor acuan 10Y terpangkas yield-nya 17,5 basis poin menjadi 6,850%.
Sementara itu tenor lebih panjang seperti SUN 15Y hanya turun tipis 5,2 basis poin di mana yield-nya kini ada di 6,997%. Tenor terpanjang juga hanya terpangkas tipis imbal hasilnya 4,8 basis poin menjadi 7,054%.
Bila melihat secara keseluruhan, kinerja indeks yang mengukur pergerakan harga surat utang pemerintah maupun korporasi, Indobex Composite (ICBBI), membukukan kenaikan 1,61% selama April.
Indeks harga surat utang pemerintah juga positif dengan kenaikan 1,63% bersama indeks harga obligasi korporasi juga naik 1,38% pada bulan lalu.
Di tengah lanskap pasar global yang masih diliputi ketidakpastian terutama karena dinamika perang dagang, yang berdampak besar pada pergerakan harga surat utang dunia terutama US Treasury, prospek surat utang domestik masih bertahan dengan yield spread ada di kisaran 268 basis poin sampai saat ini.
Memilih tenor pendek mungkin akan lebih menguntungkan dengan prospek pemangkasan bunga acuan di AS yang kian besar, juga peluang penurunan suku bunga kebijakan Bank Indonesia yang diprediksi bisa terjadi Mei atau Juni nanti.
Peluang mengunci yield beli tinggi masih besar sebelum bunga acuan benar-benar dipangkas yang akan makin menurunkan imbal hasil obligasi.
(rui)






























