Hingga berita ini diturunkan, pihak militer India belum memberikan tanggapan terkait insiden drone tersebut.
Juru bicara militer Pakistan, Letnan Jenderal Ahmed Sharif Chaudhry, menyatakan bahwa India belum memberikan "sepotong pun bukti" atas "tuduhan tak berdasar" yang mengaitkan Islamabad dengan serangan di Kashmir.
Kedua negara memang telah lama saling menuduh menjadi sponsor terorisme lintas batas, yang menjadi hambatan utama dalam upaya normalisasi hubungan dan penyelesaian sengketa Kashmir melalui jalur dialog.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, Tammy Bruce, mengatakan kepada wartawan di Washington pada Selasa bahwa “kami telah menghubungi kedua negara dan meminta mereka untuk tidak meningkatkan eskalasi.” Ia menambahkan, “Dunia sedang memperhatikan,” dan menyebut bahwa Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio berencana berbicara dengan para menlu India dan Pakistan, serta mendorong menlu dari negara lain agar ikut turun tangan.
Pada hari yang sama, militer India menuduh Pakistan kembali melepaskan tembakan ke arah Garis Kontrol untuk hari kelima berturut-turut. India menyebut pasukannya merespons secara "terukur" namun "efektif" terhadap apa yang mereka klaim sebagai "tembakan senjata ringan tanpa provokasi."
Perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani kedua negara pada 2003 kerap dilanggar hingga 2021, ketika keduanya kembali menyatakan komitmen untuk menjaga perdamaian. Sejak itu, tembak-menembak lintas perbatasan relatif mereda selama tiga tahun terakhir.
Di pasar keuangan, indeks saham India bergerak datar pada Selasa, dan nilai tukar rupee hanya mengalami sedikit pelemahan. Sementara itu, mata uang Pakistan stabil di level 281 terhadap dolar AS.
Ketegangan Meningkat
Perdana Menteri India Narendra Modi menyatakan bahwa mereka akan menghukum pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pembunuhan puluhan wisatawan di Kashmir, yang disebut pemerintahnya sebagai aksi terorisme. India menuduh Pakistan terlibat dan memberlakukan sejumlah sanksi, termasuk menurunkan tingkat hubungan diplomatik serta menangguhkan perjanjian penting terkait pembagian air.
Pakistan membantah tuduhan tersebut dan membalas dengan mengusir diplomat India dari Islamabad, menutup wilayah udara untuk maskapai India, serta menghentikan perdagangan terbatas antara kedua negara.
Sejak merdeka dari Inggris pada 1947, India dan Pakistan telah beberapa kali terlibat perang besar terkait wilayah Himalaya yang disengketakan ini. Bentrokan paling lama terjadi pada 1999 ketika pasukan Pakistan menyusup ke distrik Kargil yang dikuasai India di Kashmir. Konflik itu berlangsung beberapa bulan hingga akhirnya pasukan Pakistan mundur dari pos-pos di sepanjang Garis Kontrol, yang menjadi perbatasan de facto.
Terakhir kali kedua negara hampir terlibat perang besar terjadi pada 2019, ketika seorang pelaku bom bunuh diri menewaskan 40 anggota pasukan keamanan India. Kelompok jihadis berbasis di Pakistan, Jaish-e-Mohammed, mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Dua pekan kemudian, India membalas dengan melakukan serangan udara ke wilayah Pakistan—yang pertama sejak 1971.
India mengklaim serangan tersebut menghantam kamp pelatihan militan di Pakistan utara, dan seorang pejabat menyatakan sekitar 300 militan tewas. Namun, Pakistan membantah adanya kamp yang terkena serangan. Keesokan harinya, Pakistan menembak jatuh pesawat tempur India dalam sebuah pertempuran udara—yang pertama antara kedua negara dalam hampir 50 tahun.
(bbn)
































