Logo Bloomberg Technoz

Menurutnya, selama negara tersebut bersedia untuk mengembangkan ekosistem kendaraan baterai listrik di Indonesia, pemerintah menyetujuinya.

“Kita sekarang tidak menghitung mau China, Arab, Eropa, Korea yang mau ke Indonesia; aku enggak membedakan. Kita jangan pakai yang ini, tetapi kalau kita ingin si A yang datang. Akan tetapi, kalau dia enggak datang, masak kita mau nunggu dia?" jelas Bahlil.

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan mengatakan kementeriannya bertemu dengan Huayou pekan lalu untuk membahas pembentukan usaha patungan bersama dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan IBC.

“Setelah clear LG keluar dari sini, sekarang kita akan bikin desain baru, Pemerintah Indonesia dengan BUMN-nya,” kata Nurul kepada awak media, Kamis (24/8/2025).

Pembentukan usaha patungan atau joint venture  (JV) itu, kata Nurul, akan menjadi 'pegangan' BKPM untuk menggandeng investor baru di megaproyek baterai EV tersebut nantinya.

“Huayou tidak akan sendirian, pasti akan bekerja sama nanti dengan mitra-mitra lainnya yang akan kita dekati juga,” tuturnya.

Awalnya, Proyek Titan didesain untuk mengimbangi akses pasar dan teknologi dari hilirisasi bijih nikel sampai baterai kendaraan listrik. Melalui head of agreement (HoA) yang diteken pada 2021, pemerintah menggandeng konsorsium Korea Selatan yang dipimpin LGES untuk bermitra dengan IBC.

Konsorsium itu terdiri dari LG Chem, LG International, Posco dan satu mitra China yaitu Huayou. Akan tetapi, setelah LGES mundur, posisinya sebagai kepala konsorsium digantikan oleh Huayou.

IBC sendiri menyatakan perseroan juga tengah menjajakan Proyek Titan ke sejumlah negara untuk menjadi investor pendamping Huayou.

Perusahaan membuka peluang untuk menggaet sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, Australia, Korea Selatan, Jepang, dan China.

Proyek Titan awalnya diestimasikan memiliki nilai investasi sebesar US$9,8 miliar (sekitar Rp164,5 triliun asumsi kurs saat ini).

Belakangan, investasi pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik ini menjadi sebesar US$8,6 miliar (sekitar Rp144,4 triliun asumsi kurs saat ini) setelah mengeluarkan rencana investasi LGES.

(mfd/wdh)

No more pages