Pola ini konsisten dengan kecenderungan historis selama Ramadan, di mana pelaku usaha lebih memprioritaskan pasar domestik menjelang Idulfitri.
Sebaliknya, impor diproyeksikan naik 6,48% (yoy), seiring meningkatnya permintaan dalam negeri untuk bahan makanan, barang konsumsi, dan bahan baku industri selama bulan puasa.
Di sisi lain, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia (BCA) Tbk David Sumual memproyeksikan surplus neraca perdagangan US$2,63 miliar pada Maret 2025. Adapun, ekspor diproyeksikan tertekan 3,58% (yoy) dan impor tumbuh 6,32% (yoy).
“Harga komoditas ekspor dan impor keduanya melambat, dengan impor turun lebih tajam terutama karena minyak, dan ekspor dengan batu bara dan minyak kelapa sawit atau crude palm oil [CPO] yang turun lebih moderat,” ujar David.
Dikonfirmasi secara terpisah, Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalita Situmorang memproyeksikan neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2025 masih surplus sekitar US$ 2,8–2,9 miliar, meski mulai menyempit.
Tekanan datang dari ekspor yang diproyeksikan turun sekitar 2,39% (yoy), terutama karena penurunan harga batu bara akibat kelebihan pasokan (oversupply) global dan lemahnya permintaan dari China dan India.
Meski demikian, ekspor masih ditopang oleh kenaikan harga emas dan tembaga seiring eskalasi geopolitik dan ekspektasi pelonggaran moneter global.
Impor diproyeksikan tumbuh sekitar 6,7% (yoy), dipicu konsumsi bahan bakar minyak saat Ramadan dan Idulfitri serta depresiasi rupiah, yang rerata sepanjang Maret berada pada kisaran Rp16.444/US$.
“Kenaikan biaya impor, terutama migas, cukup signifikan di tengah pelemahan nilai tukar dan lonjakan harga musiman,” ujar Hosianna.
Surplus Perdagangan Berisiko Makin Sempit Efek Trump
Ke depan, Hosianna menilai surplus perdagangan berisiko makin menyempit. Tarif dagang AS terhadap China kini mencapai 245%, meningkatkan ketidakpastian global dan menekan permintaan ekspor. Di sisi lain, rencana peningkatan impor dari AS —termasuk pangan, energi, dan manufaktur strategis— diperkirakan menambah tekanan sekitar US$125–170 juta per bulan.
Selama harga komoditas ekspor stabil dan rupiah terkendali, kata Hosianna, potensi surplus masih bisa dipertahankan. Namun tekanan diperkirakan dapat meningkat tanpa penguatan hilirisasi, diversifikasi ekspor, dan pengendalian impor.
Senada, Josua menilai, risiko pelemahan neraca perdagangan Indonesia bisa makin besar seiring berlanjutnya ketegangan dagang global, terutama akibat kebijakan tarif terbaru dari pemerintahan AS. Pada awal April 2025, AS menetapkan tarif tambahan 10% atas semua impor, dan kemudian menerapkan kebijakan tarif resiprokal terhadap negara mitra dagang utama seperti China dan ASEAN.
Dampaknya meliputi pelemahan perdagangan global, disrupsi rantai pasok, serta penurunan harga komoditas strategis seperti batu bara, nikel, dan minyak sawit – yang notabene merupakan kontributor utama ekspor Indonesia.
“Indonesia memang masih mencatat surplus terhadap AS, tetapi nilainya relatif kecil dibandingkan negara ASEAN lain seperti Vietnam. Hal ini memberi ruang bagi Indonesia untuk menghindari retaliasi langsung, bahkan berpotensi meningkatkan impor dari AS sebagai strategi negosiasi,” ujar dia.
Namun demikian, risiko penurunan ekspor tetap nyata, terutama jika harga komoditas terus melemah dan proteksionisme meningkat.
Dengan potensi penurunan ekspor dan kenaikan impor struktural akibat kuatnya permintaan domestik dan kebijakan pro-pertumbuhan, neraca perdagangan diperkirakan menghadapi tekanan bertahap sepanjang 2025, yang pada akhirnya dapat mendorong pelebaran defisit transaksi berjalan (CAD). Proyeksi saat ini memperkirakan CAD melebar ke 1,18% produk domestik bruto (PDB) pada 2025.
Meskipun neraca dagang Maret 2025 masih akan surplus, tren ke depan menunjukkan potensi penurunan surplus akibat faktor musiman, pelemahan harga komoditas, serta tekanan dari kebijakan tarif AS.
“Indonesia perlu mengantisipasi hal ini dengan mendorong diversifikasi ekspor, mempercepat hilirisasi, dan memanfaatkan kebijakan seperti Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam untuk menjaga stabilitas eksternal,” tutup Josua.
(wep)
































