Logo Bloomberg Technoz

Serbuan ke Pasar Obligasi Negara Berkembang Efek Tarif Trump

News
21 April 2025 05:48

Presiden AS Donald Trump saat pengumuman tarif di Rose Garden Gedung Putih di Washington, DC, AS,Rabu (2/4/2025). (Kent Nishimura/Bloomberg)
Presiden AS Donald Trump saat pengumuman tarif di Rose Garden Gedung Putih di Washington, DC, AS,Rabu (2/4/2025). (Kent Nishimura/Bloomberg)

Marcus Wong, Matthew Burgess, dan Srinivasan Sivabalan-Bloomberg News

Bloomberg, Obligasi di pasar negara berkembang dalam mata uang lokal sedang diunggulkan untuk mengalahkan obligasi dalam mata uang dolar, meskipun menawarkan imbal hasil yang lebih rendah daripada obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS).

Instrumen ini memiliki awal tahun terbaik sejak 2022 terhadap saingannya dalam dolar, karena gejolak perdagangan global mendorong ekspektasi penurunan suku bunga di negara-negara berkembang dan mendinginkan inflasi dengan menekan harga minyak. Sementara itu, obligasi dolar berkinerja buruk karena ancaman tarif Presiden AS Donald Trump membebani dolar AS.

“Kami memiliki preferensi yang kuat untuk surat utang di negara-negara berkembang berdenominasi kurs lokal” ketimbang obligasi dolar negara berkembang karena dolar yang lemah dan prospek bahwa bank sentral setempat akan memiliki lebih banyak ruang untuk menurunkan suku bunga, kata Jon Harrison, direktur pelaksana untuk strategi makro EM di GlobalData TS Lombard di London.

“Perlambatan ekonomi AS, dengan kemungkinan resesi yang semakin besar, buruk untuk pertumbuhan global, yang kemungkinan akan semakin mendorong bank-bank sentral negara berkembang untuk menurunkan suku bunga,” katanya.

Tingginya minat pasar obligasi lokal di pasar negara berkembang dibandingkan dolar di 2025.