Hanya saja, Faisol mengatakan sejumlah komponen industri elektronik, termasuk AC dalam negeri saat ini masih sangat bergantung terhadap produk impor, yang turut menjadi tantangan ke depan.
Dalam kaitan itu, dia menggarisbawahi pemerintah perlu memperkuat industri komponen AC dalam negeri agar pasokan hilir tak lagi bergantung terhadap produk impor.
"Untuk mengatasi hal ini, pemerintah mendorong LG Indonesia agar memproduksi secara lokal berbagai komponen utama, termasuk kompresor, guna memperkuat kemandirian dan rantai pasok nasional,” katanya.
Di sisi lain, pemerintah kata dia, juga memastikan akan terus mendorong penggunaan produk dalam negeri sebagai bagian dari semangat kemandirian industri nasional, yang fokus utamanya adalah produk lokal.
Hingga saat ini, produk elektronika dengan impor cukup tinggi adalah AC rumah tangga, dengan total mencapai US$420,4 juta sepanjang tahun lalu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).
Meski mengalami penurunan 9% secara tahunan, pemerintah menilai angka tersebut belum cukup signifikan dari ketergantungan impor produk yang menjadi salah satu pemacu sektor industri manufaktur.
"Semoga kehadiran pabrik AC baru ini dapat menekan ketergantungan terhadap impor, memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, sekaligus meningkatkan pasar ekspor."
LG sendiri resmi mendirikan pabrik AC, dengan luas area 32.000 meter persegi (m2). Total nilai investasinya mencapai US$22 juta atau sekitar Rp374 miliar. Pabrik ini direncakan akan memiliki kapasitas produksi awal mencapai 1,8 juta unit AC untuk tahun pertamanya.
(ibn/wep)































