Logo Bloomberg Technoz

“Jadi kita lagi pantau siapa yang masuk, siapa yang melakukan investasi. Kita minta proposal mereka. Tinggal kita lihat variabel mana yang pemerintah hadir untuk memberikan insentif agar visible ketika dia melakukan investasi,” ujarnya.

Peta Jalan

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengatakan, Indonesia telah menyiapkan peta jalan implementasi hidrogen sampai dengan 2060. 

Dalam jangka pendek sampai  2030, Indonesia akan membuat regulasi terkait, melakukan studi kelayakan rantai pasok, hingga membuka inisiasi riset dan kemitraan untuk pengembangan.

Selanjutnya, dalam jangka menengah, 2035—2040, Indonesia akan mulai meningkatkan investasi pada infrastruktur produksi hingga jaringan pengisian, membuat insentif untuk ekosistem tersebut sehingga menjadikan Indonesia pusat hidrogen rendah karbon di Asean.

Dalam jangka panjang, 2045—2060, Indonesia diharapkan dapat menjadikan hidrogen sebagai komoditas ekspor hingga Indonesia berperan dalam rantai pasok hidrogen global.

Menurutnya, produksi hidrogen di Tanah Air berlimpah.  Untuk itu, pemerintah berencana mengekspor hidrogen. Dia memproyeksikan pada 2060 permintaan hidrogen mencapai 11 juta ton sedangkan penawarannya diprediksi sebesar 17 juta ton per tahun.

“Jadi itu bisa dilakukan eksplorasi untuk pasar ekspor, makanya kita melihatnya seperti itu, karena apalagi itu cuma potensi EBT. Nah kalau dari batu bara, mau dari gas, itu bisa tambah banyak lagi,” tuturnya.

Dia menjelaskan offtaker hidrogen sebagian besar berasal dari Asia Pasifik seperti Korea Selatan dan Jepang. Bahkan, kedua negara tersebut dapat membeli dengan harga yang lebih tinggi.

Sementara itu, cita-cita menuju energi hidrogen sudah mulai terlihat dengan dukungan industri terkait. Di antaranya dengan terbangunnya proyek percontohan stasiun pengisian hidrogen oleh PT PLN (Persero) di kawasan Senayan, Jakarta, dan stasiun pengisian milik PT Toyota di Karawang, Jawa Barat.

”Serta upaya PLN dan Pertamina untuk melakukan produksi hidrogen, terutama PLN, telah banyak menginisiasi 22 lokasi untuk hidrogen plant di Jawa dan sekitarnya,” ucap Eniya.

Adapun, Kementerian ESDM juga memproyeksi permintaan hidrogen hijau global akan meningkat US$500 miliar pada 2030 menjadi US$11 triliun pada 2050.  

Menurut data Kementerian ESDM, target produksi hidrogen mencapai 9,9 juta ton per tahun (Mtpa) pada 2060, untuk memenuhi kebutuhan sektor industri sebesar 3,9 mtpa, transportasi 1,1 Mtpa, kelistrikan 4,6 Mtpa, dan jaringan gas rumah tangga 0,28 Mtpa.

(mfd/wdh)

No more pages