Kekhawatiran terhadap masa depan ekonomi global menjadi alasan utama investor berburu emas. Perang dagang sudah dimulai, di mana Amerika Serikat (AS) dan China (2 kekuatan ekonomi terbesar dunia) saling balas menerapkan tarif bea masuk tinggi.
Terhadap China, AS di bawah komando Presiden Donald Trump kini menerapkan pungutan setidaknya 145% terhadap impor barang made in China. Namun bagi negara-negara lain, Trump malah menunda pemberlakuan tarif bea masuk baru selama 90 hari.
Perkembangan ini membuat pasar keuangan dunia bergejolak. Pasar saham berfluktuasi luar biasa, naik-turun begitu cepat. Demikian pula pasar valas, obligasi, sampai komoditas.
Emas selaku aset yang dipandang aman (safe haven asset) menjadi pilihan investor kala situasi sangat tidak menentu seperti ini. Tingginya permintaan membuat harga emas melejit.
“Kami masih positif terhadap emas,” tegas Dominic Schnider, Head of Commodities and Asia-Pacific Currencies di UBS Global Wealth Management, seperti dikutip dari Bloomberg News.
(aji)






























