"Diskusi kami baru-baru ini dengan dana pensiun terbesar di Indonesia, BPJamsostek, mengonfirmasi bahwa kepemilikan SRBI yang jatuh tempo akan diinvestasikan kembali secara bertahap ke dalam ekuitas — bagian dari komitmen jangka menengah mereka untuk mendukung IHSG," kata Satria.
Ini merupakan latar belakang makro yang sangat positif bagi Indonesia. Dengan berbagai fenomena yang terjadi, berupa harga minyak murah, diiringi inflasi domestik yang lebih rendah dan daya beli yang lebih tinggi, harga minyak kelapa sawit (CPO) yang meningkat, batu bara yang tangguh, dan rupiah yang dinilai terlalu rendah.
Dia memperkirakan pembalikan rata-rata yang kuat untuk nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Mata uang Indonesia memiliki kecenderungan untuk mengejar ketertinggalan terhadap mata uang negara berkembang lainnya. Ini terlihat secara historis pada April 2020, Februari 2023, dan Agustus 2024.
"Setelah penguatan rupiah, pasar akan segera memperhitungkan penurunan suku bunga BI pada 3Q25, atau setelah permintaan valas yang tinggi secara musiman pada Mei-Juni berakhir," tegas dia.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan ruang penurunan BI Rate masih terbuka, setelah keputusannya untuk menahan pada level 5,75% pada Maret 2025.
Perlu diketahui, bank sentral sebelumnya pada awal tahun secara tidak terduga mengumumkan penurunan suku bunga acuan BI Rate 25% basispoin menjadi 5,75%.
Perry mengakui, BI akan melakukan penurunan itu, tetapi saat waktunya tepat. Terlebih, situasi global saat ini belum memungkinkan.
"Suku bunga, ruang masih ada, kami akan melakukan. Namun sabar dulu dong karena global memang belum memungkinkan," ujar Perry dalam konferensi pers, Rabu (19/3/2025).
(lav)






























