Logo Bloomberg Technoz

Secara teknikal rupiah telah menembus resistance terdekat pada level Rp16.800/US$, resistance potensial selanjutnya menuju Rp16.700/US$, dan juga kembali mencapai Rp16.550/US$ sebagai level paling optimis penguatan rupiah dalam tren jangka pendek saat ini dengan time frame daily.

Penguatan rupiah berlangsung bersamaan dengan IHSG yang bangkit dibuka menguat 5,07% menyusul reli kuat yang juga terjadi di bursa saham Asia.

Adapun di pasar surat utang negara, seperti ditunjukkan oleh data OTC Bloomberg pagi ini, mayoritas yield SUN turun menandai kenaikan harga obligasi negara.

Yield 10Y yang menjadi benchmark turun 3,8 bps kini di 7,097%. Lalu tenor 5Y juga turun 3,5 bps, disusul tenor 2Y terpangkas yield-nya 2,3 bps.

Sementara tenor 11Y masih naik yield-nya 6,1 bps kini di 7,229%, bersama tenor 15Y naik 0,7 bps dan 18Y naik 5,6 bps.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Kamis 10 April 2025 (Riset Bloomberg Technoz)

Para pelaku pasar keuangan global dan perekonomian dunia, bisa bernafas lega setidaknya untuk sejenak, menyusul keputusan Trump menunda pemberlakuan tarif resiprokal terhadap hampir 60 negara termasuk Indonesia, selama 90 hari ke depan sembari memutuskan menaikkan lagi bea masuk untuk barang Tiongkok menjadi 125%. Tarif terhadap Tiongkok juga masih diberlakukan.

Keputusan Trump menunda kebijakannya yang mengguncang dunia itu, baru rilis sekitar 13 jam setelah tenggat waktu pemberlakuan tarif resiprokal terlewati. Trump mendapat tekanan besar dari para pemimpin bisnis dan investor untuk mengubah arah. 

Kejatuhan pasar obligasi AS juga memicu pivot Trump. Yield UST-10Y sempat terbang hingga 4,5% kemarin. 

"Saya pikir orang-orang sedikit keluar dari jalur," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada Rabu (9/4/2025) saat ditanya mengapa dia mengubah keputusannya. "Mereka menjadi agak gelisah, agak takut."

Namun, di tengah euforia kelegaan pasar, setelah menyaksikan volatilitas yang begitu tajam sepekan terakhir, sebagian para pengamat pasar menyarankan agar para investor tetap berhati-hati dalam menilai tren bullish yang baru saja pecah tersebut.

Ancaman tarif Trump mungkin telah merusak kemampuan manajer korporasi dalam menyusun perencanaan dan merusak hubungan internasional hingga ke titik di mana pertumbuhan ekonomi global masih diragukan.

"Jeda 90 hari ini merupakan tanda menggembirakan bahwa negosiasi dengan sebagian besar negara telah berjalan produktif. Itu juga memberi stabilitas yang sangat dibutuhkan oleh pasar. Meski begitu, kita tidak sepenuhnya aman, hindari godaan untuk mengejar momentum dan kendalikan emosi," saran Mark Hackett di Nationwide dilansir dari Bloomberg News.

(rui)

No more pages