Logo Bloomberg Technoz

Seperti dilansir Bloomberg News, Destry mengatakan, hampir semua mata uang emerging market tertekan oleh sentimen tarif AS pada sesi perdagangan pagi. Namun, pasar berangsur mencerna implikasi dari tarif tersebut. 

Otoritas melihat, fundamental ekonomi RI masih kokoh di mana inflasi terkendali dan komitmen Pemerintah RI menempuh kebijakan fiskal yang berhati-hati, memberikan kepercayaan pasar terhadap prospek ekonomi RI.

Tekanan di surat utang

Sepanjang hari ini, pergerakan harga aset-aset di pasar keuangan domestik sangat volatile. Bukan cuma rupiah yang berfluktuasi cukup tajam. Di pasar saham, harga aset ekuitas juga berayun cukup liar. 

IHSG yang dibuka melemah, sempat melesat naik hingga menguat lebih dari 1%. Namun, masuk ke sesi kedua perdagangan, IHSG tertekan dan akhirnya ditutup melemah 0,5% di bawah 6.000.

Di pasar surat utang RI, tekanan terlihat sudah besar begitu pasar dibuka pagi tadi. Mayoritas tenor SUN mencatat kenaikan imbal hasil di mana SUN dalam denominasi dolar AS (INDON) terpukul lebih hebat.

Melansir data Bloomberg, yield INDON-10Y naik sampai 23 bps kini di 5,525%, disusul oleh tenor 20Y yang naik 32,8 bps dan tenor 30Y yang naik 30 bps menyentuh 6,136% hari ini.

Sementara SUN rupiah (INDOGB) tenor pendek sedikit turun yield-nya 3,4 bps untuk tenor 2Y, bersama tenor 15Y yang turun 3,2 bps.

Namun, INDOGB-5Y yield-nya naik sampai 8,2 bps kini di 6,873% dan tenor 10Y naik 6,9 bps di 7,099%. Intervensi BI berhasil membantu penurunan yield terutama untuk tenor benchmark yang sempat menyentuh 7,174%.

(rui)

No more pages