Di samping itu saham-saham yang melemah dalam dan menjadi top losers di antaranya saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) yang ambles 14,9%, saham PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) yang jatuh 14,9%, dan saham PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM) yang ambruk 14,9%.
Bursa Saham Asia lainnya justru menguat dengan keberhasilan rebound. Index TOPIX (Jepang), NIKKEI 225 (Tokyo), PSEI (Filipina), SENSEX (India), CSI 300 (China), KOSPI (Korea Selatan), dan Shanghai Composite (China) yang berhasil menguat masing-masing 5,98%, 5,59%, 2,09%, 0,98%, 0,48%, 0,39%, dan 0,29%.
Di sisi berseberangan, IHSG (Indonesia), Ho Chi Minh Stock Exchange (Vietnam), SETI (Thailand), Weighted Index (Taiwan), Straits Time (Singapura), Shenzhen Comp. (China), Hang Seng (Hong Kong), dan KLCI (Malaysia) yang terpeleset masing-masing 7,71%, 5,61%, 4,24%, 4,04%, 1,68%, 0,70%, 0,16%, dan 0,07%.
Jadi, IHSG adalah indeks dengan pelemahan paling buruk nomor satu di Asia, dan juga ASEAN.
Sentimen yang menggerakkan IHSG hari ini datang dari guncangan kegelisahan mencermati perang dagang yang disulut Presiden Donald Trump membahayakan pertumbuhan ekonomi.
Yang jadi perhatian pasar, ketakutan akan penurunan ekonomi menyebabkan perubahan tajam di pasar AS karena investor menyerap berita tarif lebih lanjut. Trump mengatakan dia tidak mempertimbangkan untuk menunda rencananya menerapkan tarif tambahan pada puluhan negara, termasuk Indonesia.
Investor bersiap menghadapi dampak dari konflik perdagangan yang semakin memanas antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia, antara AS dan China.
Pembalasan China terhadap tarif tinggi Trump memaksa investor untuk menghadapi kenyataan bahwa konflik perdagangan yang sangat ditakuti telah memasuki fase baru.
IHSG sejatinya mengalami lag effect dari libur panjang Hari Raya Idul Fitri dengan kecenderungan tertekan. Melihat performa bursa Asia yang sudah turun dalam selama pasar Indonesia tutup, terlebih mayoritas bursa di regional juga mengalami trading halt pada perdagangan kemarin.
Kemarin, Senin, bursa saham di Asia mengalami kejatuhan tajam, dengan mencatat penurunan terdalam dalam 14 tahun perdagangan. Aksi jual besar-besaran dipimpin oleh saham di bursa China, di tengah kegelisahan perang dagang akan menekan pertumbuhan ekonomi global.
“Kita melihat aksi jual di semua sektor — bukan hanya yang terdampak langsung dari perdagangan,” kata Jun Bei Liu, Pendiri Hedgefund Ten Cap Pty Ltd, seperti yang diwartakan Bloomberg News.
Merespons akan hal itu, bursa saham Jepang bangkit di tengah sentimen pasar yang masih tak menentu dan memicu volatilitas nan liar ketika aksi balas membalas tarif berlangsung kian sengit antara dua raksasa ekonomi dunia, Amerika dan China.
Penguatan Bursa Saham di Jepang terjadi setelah keluar kabar Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba melakukan pembicaraan via telepon dengan Presiden AS Donald Trump membicarakan tentang negosiasi tarif dua negara.
Lonjakan Bursa Jepang itu, diikuti juga oleh kenaikan Bursa Saham di Korea Selatan, Kospi dan Kosdaq keduanya menguat.
(fad)





























