Saksi mata mengatakan bahwa bagian atas gedung yang baru mencapai 45% tahap pembangunan terlihat runtuh terlebih dahulu sebelum seluruh struktur ambruk, menghamburkan puing-puing ke segala arah. Video detik-detik robohnya gedung yang beredar di media sosial menunjukkan kepanikan warga yang menyaksikan kejadian tersebut.
Suchatvee Suwansawat, seorang insinyur sipil yang pernah mencalonkan diri sebagai Gubernur Bangkok pada 2022, mengungkapkan keheranannya atas cara gedung tersebut runtuh.
"Kami belum pernah melihat kejadian seperti ini di Thailand," ujarnya saat meninjau lokasi pada Minggu. "Cara bangunan ini roboh, seperti ada ledakan, sangat tidak biasa. Pertanyaannya, apa yang menyebabkan kejanggalan ini?"
Hingga saat ini, pihak kontraktor belum memberikan penjelasan resmi terkait penyebab kejadian. Italian-Thai Development menyatakan pihaknya berkomitmen untuk "mengambil langkah korektif dan memulihkan situasi secepat mungkin."
Namun, perusahaan ini memang kerap menghadapi sorotan negatif. Tahun lalu, Italian-Thai Development mengalami krisis keuangan dan beberapa kecelakaan di proyeknya. Bahkan, awal bulan ini, perusahaan tersebut juga dikritik karena runtuhnya proyek jalan tol di Bangkok yang menewaskan enam orang.
Sementara itu, China Railway Number 10 belum memberikan tanggapan atas insiden ini. Perusahaan ini merupakan anak usaha dari China Railway Group Ltd, perusahaan milik negara China. Konsorsium ITD-CREC juga diketahui sebagai salah satu kontraktor dalam proyek kereta cepat Thailand-China, menurut situs web resmi pemerintah Thailand.
Dukungan China
Di tengah kritik yang berkembang, Duta Besar China untuk Thailand Han Zhiqiang telah bertemu dengan Menteri Anutin dan menyatakan kesediaan negaranya untuk membantu penyelidikan.
Anutin menegaskan bahwa investigasi akan mencakup semua pihak terkait, termasuk perancang bangunan, pengawas konstruksi, dan kontraktor.
"Jika terbukti bahwa pihak pembangun menyimpang dari rencana desain atau menggunakan material yang tidak sesuai spesifikasi, mereka akan menghadapi sanksi hukum," kata Anutin kepada awak media.
Meskipun Myanmar mengalami dampak lebih parah akibat gempa ini, dengan jumlah korban meninggal mencapai 1.700 orang, runtuhnya gedung di Bangkok tetap menjadi perhatian utama. Menurut Thanes Weerasiri, Presiden Council of Engineers Thailand, sekitar 13.000 bangunan di Bangkok mengalami kerusakan akibat gempa. Namun, hanya dua gedung yang masuk dalam kategori kerusakan kritis, sementara 2.000 lainnya masih menunggu inspeksi lebih lanjut.
Kejadian ini juga mengguncang pasar saham. Saham Italian-Thai Development anjlok hingga 27%, menjadi penurunan terbesar dalam satu tahun terakhir. Perusahaan menyatakan bahwa gedung yang runtuh tersebut telah diasuransikan sesuai nilai kontrak dan berjanji untuk memberikan kompensasi bagi keluarga korban serta biaya perawatan bagi para penyintas.
Saham perusahaan properti lain pun terkena dampak, seiring spekulasi bahwa minat pembeli terhadap apartemen bertingkat tinggi di Bangkok akan menurun. Indeks pengembang properti Thailand turun hingga 4,3%, dengan perusahaan seperti Everland Pcl, AP Thailand Pcl, dan Origin Property Pcl mengalami tekanan besar di pasar saham.
(bbn)

































