Hingga minggu kedua Maret 2025, BI telah memberikan insentif KLM sebesar Rp291,8 triliun. Rinciannya, masing-masing kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp125,7 triliun, bank umum swasta nasional Rp132,8 triliun, badan perekonomian daerah (BPD) sebesar Rp27,9 triliun, dan kantor cabang bank asing sebesar Rp5,4 triliun.
Secara sektoral, insentif tersebut disalurkan kepada sektor-sektor prioritas yakni pertanian, real estate, perumahan rakyat, konstruksi, perdagangan dan manufaktur, transportasi, pergudangan, pariwisata dan ekonomi kreatif, serta UMKM, Ultra Mikro, dan hijau.
Ke depan, Bank Indonesia akan turut mendorong pertumbuhan kredit melalui berbagai kebijakan makroprudensial yang akomodatif sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi. Hal ini termasuk mengoptimalkan kenaikan KLM dari paling besar 4% menjadi sampai dengan 5% dari DPK yang berlaku mulai 1 April 2025.
Peningkatan KLM sebesar 1% tersebut, menurut Perry, akan semakin mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja.
(lav)