Dany mengatakan LoM tambang grup MIND ID untuk komoditas lainnya masih di atas 15 tahun. Perinciannya, LoM batu bara dari PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) masih 55 tahun, sedangkan tembaga dari PT Freeport Indonesia (PTFI) 18 tahun.
Adapun, LoM emas dari Freeport masih sekitar 18 tahun, nikel dari Antam 27 tahun, nikel dari PT Vale Indonesia Tbk (INCO) 22 tahun, bauksit dari PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) 39 tahun.
“Sehingga life of mine kita dari produk yang lain masih bagus,” kata Dany.
Kepemilikan Cadangan
Dari sisi kepemilikan cadangan, Dany mengatakan MIND ID menguasai lebih dari 15% kumulatif cadangan komoditas pertambangan di Indonesia.
“Untuk komoditas tembaga dan emas itu, national reserve ownership kita semua di atas 54%. Untuk reserve replacement ratio [RRR] memang harus lebih besar dari 1 dan saat ini kita untuk batu bara dan emas yang RRR-nya masih di bawah 1. Sementara itu, RRR nikel, timah, dan bauksit sudah di atas 1,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Keuangan MIND ID Akhmad Fazri melaporkan pendapatan grup sebelum diaudit pada 2024 mencapai Rp145 triliun, tumbuh 15,6% secara anual.
Laba bersih MIND ID diklaim sebesar Rp36 triliun, tumbuh 36% secara tahunan ,net profit margin di 25% atau tumbuh rata-rata 17,6%, aset Rp290 triliun atau tumbuh 12,3%, sedangkan ekuitas Rp157 triliun dengan pertumbuhan 21,6% selama 4 tahun.
Pada Tahun Buku 2022, 2023, 2024 MIND ID mencatatkan setoran pajak serta penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sejumlah Rp66,48 triliun, sedangkan setoran royalti pada 2024 mencapai Rp12,73 triliun.
“Secara umum, kontribusi MIND ID kepada negara meningkat. Setoran dividen ke kas negara mencapai Rp11,2 triliun pada 2024 dan Rp7,5 triliun pada 2023. Secara total, penyetoran dividen Tahun Buku 2023 mencapai Rp18,6 triliun ke kas negara,” ujar Akhmad.
(wdh)































