Logo Bloomberg Technoz

Lokasi Tersebar

Dia mengelaborasi perubahan rencana tersebut tidak hanya menyangkut kenaikan kapasitas terpasang dari kilang baru yang akan dibuat, tetapi juga lokasi yang disasar. 

Tadinya, pemerintah berencana membangun satu kilang berkapasitas 500.000 bph, tetapi kini proyek tersebut akan disebar menjadi beberapa kilang yang dibangun di berbagai tempat, seperti di wilayah Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

“Sehingga ini terjadi pemerataan,” tegas Bahlil, seraya memastikan bahwa secara simultan pemerintah tetap akan mengeksekusi rencana pembangunan fasilitas penyimpanan (storage) minyak berkapasitas 1 juta bph. 

Senin pekan lalu, Bahlil pertama kali mengumumkan rencana pemerintah membangun kilang raksasa yang akan berdekatan dengan rencana proyek fasilitas stoarge minyak di Pulau Nipa, Provinsi Kepulauan Riau untuk Cadangan Penyangga Energi (CPE).

Bahlil mengutarakan pendanaan proyek kilang minyak baru akan itu berasal dari Danantara. Beberapa hari setelahnya, dia kembali mengonfirmasi pemerintah juga sedang mencari investor lain yang bisa mendanai proyek kilang raksasa itu. 

Namun, Bahlil mengatakan akan jauh lebih baik bila PT Pertamina (Persero) berpartisipasi dalam pendanaan kilang raksasa tersebut.

"Sebagian [pendanaannya dari] Danantara, sebagian kita lagi mencari. Kalau memang Pertamina bisa ikut itu jauh lebih baik," ujar Bahlil saat ditemui di Komplek Istana Kepresidenan, Jumat (7/3/2025).

Kendati demikian, Bahlil belum menjelaskan dengan lengkap berapa porsi pembiayaan yang akan dilakukan masing-masing Danantara dan investor lain tersebut.

Saat ini, hampir 90% dari kapasitas pengolahan minyak di Indonesia dikuasai oleh kilang Pertamina dengan kumulatif kapasitas terpasang sebesar 1,03 juta bph. Pertamina mengoperasikan enam kilang, yaitu; Refinery Unit (RU) II Dumai, RU III Plaju, RU IV Cilacap, RU V Balikpapan, RU VI Balongan, dan RU VII Kasim.

Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal sebelumnya berpendapat pemerintah memang sebaiknya tidak hanya membangun satu kilang baru berkapasitas besar di satu lokasi.

Menurutnya, Indonesia membutuhkan setidaknya tambahan dua hingga tiga kilang baru, tidak hanya di Jawa, tetapi di wilayah lain dengan kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) yang tidak sedikit.

“Memang harus bangun beberapa [kilang], enggak cuma satu, satu gede banget gitu ya, tetapi 'nun jauh di sana' juga enggak begitu cost effective dibandingkan dengan misalkan kita bangun dua, tetapi tersebar. Salah satunya di daerah yang konsumennya lebih banyak,” ujarnya.

Moshe mengestimasikan nilai investasi untuk membangun kilang raksasa berkapasitas 500.000 bph saja bisa menembus US$20 miliar atau sekira Rp326 triliun.

“Kalau memang baru [pembangunan] dari nol, apalagi untuk bikin kilang raksasa berkapasiitas 500.000 bph, dibutuhkan lebih dari US$15 miliar—US$20 miliar dolar,” katanya.

Dia pun menyarankan kilang-kilang minyak baru yang direncanakan pemerintah tersebut nantinya dapat terintegrasi dengan industri petrokimia agar manfaat ekonominya jauh lebih besar.

Akan tetapi, kilang yang dibangun bersamaan dengan petrokimia pun membutuhkan investasi yang lebih mahal lagi. Dia mengkalkulasikan pendanaan yang dibutuhkan bisa mencapai US$50 hingga US$100 miliar.

Pembangunan kilang bersamaan dengan industri petrokimia nantinya akan lebih mendatangkan laba, sehingga investor banyak yang berminat untuk berinvestasi.

“Ya ini lebih bagus lah profit-nya dibandingkan dengan hanya kilangnya tok. Kan enak kalau dikombinasi jadi akan lebih jelas,” ujarnya.

-- Dengan asistensi Azura Yumna Ramadani Purnama

(wdh)

No more pages