Tekanan yang melanda rupiah berlangsung di kala arus jual kembali menekan pasar ekuitas domestik. IHSG terpukul oleh pelemahan hingga 0,6% sampai jelang berakhirnya perdagangan pukul 16.00 WIB nanti.
Sentimen domestik
Tekanan pelemahan rupiah bersama-sama dengan mata uang Asia lain adalah karena peningkatan kekhawatiran terkait perang dagang. Tarif balasan Tiongkok terhadap AS berlaku hari ini.
Tensi perang dagang yang meningkat di kala beberapa data ekonomi AS memantik kekhawatiran akan pelemahan pertumbuhan, membuat ketidakpastian di pasar jadi begitu tinggi.
Sementara dari dalam negeri, sentimen negatif yang membebani rupiah serta pasar saham dan obligasi tak kalah banyak.
Yang terbaru, Goldman Sachs Group Inc., memangkas rekomendasi mereka untuk aset-aset investasi Indonesia, baik saham maupun surat utang, menggarisbawahi kenaikan risiko fiskal menyusul berbagai kebijakan yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto.
Goldman Sachs menurunkan peringkat saham Indonesia dari 'overweight' menjadi 'market weight' dan menyesuaikan rekomendasi untuk surat utang negara tenor 10 tahun sampai 20 tahun menjadi 'neutral' dari tadinya menjadi salah satu pilihan obligasi negara favorit.
Keputusan Goldman itu keluar setelah sebelumnya mereka melansir perkiraan kenaikan defisit fiskal Indonesia tahun ini menjadi 2,9% dari Produk Domestik Bruto, dari semula 2,5%.
Rekomendasi Goldman itu memperpanjang daftar penurunan rekomendasi yang sudah lebih dulu dirilis oleh Morgan Stanley pada bulan lalu.
Morgan Stanley memangkas rekomendasi saham MSCI Indonesia dari 'equal weight' menjadi 'underweight', dalam riset yang dirilis 19 Februari.
Di tengah prediksi pelebaran defisit fiskal APBN 2025 yang potensial membebani pasar surat utang negara ke depan, kalangan pelaku pasar saat ini juga makin banyak menyoroti transparansi fiskal seiring dengan tak jua dirilisnya perkembangan terakhir keuangan negara, APBNKita.
Laporan keuangan negara, biasa disebut laporan APBNKita untuk edisi Januari, sampai hari ini belum juga diumumkan oleh Kementerian Keuangan RI. Keterlambatan pelaporan kondisi APBN itu menjadi hal yang tidak lazim dan menuai kekhawatiran akan adanya tekanan keuangan di tengah banyak langkah belanja besar-besaran Presiden Prabowo Subianto, ketika penerimaan negara dicemaskan mengalami tekanan akibat kelesuan ekonomi, ketiadaan rencana jelas memperluas basis pajak, juga masalah pelaporan Coretax yang banyak dikeluhkan.
(rui)

































