Dia pun menampik anggapan bahwa pemerintah memberikan relaksasi kepada Freeport. Keputusan perpanjangan izin ekspor diberikan akibat keadaan kahar terkait dengan kebakaran smelter katoda Freeport di Manyar, Gresik, Jawa Timur pada 14 Oktober 2024 yang membuat kegiatan produksi smelter tersendat.
“Bukan relaksasi, karena ini kondisi kahar. [...] Jadi kan kalau ini tidak dilakukan ekspor untuk kondisi kahar itu justru ini akan terhenti kegiatan produksi di hulunya. Kalau ini terhenti di hulu berarti ini akan menghambat proses dan juga ada [pemutusan hubungan kerja] PHK,” ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan terdapat 400.000 ton konsentrat tembaga yang menumpuk di gudang karena perseroan belum mendapatkan izin ekspor usai 31 Desember 2024.
Perinciannya, 200.000 ton konsentrat tembaga menumpuk di gudang Pelabuhan Amamapare, Papua; 140.000 ton di gudang smelter katoda tembaga di Manyar, Jawa Timur; dan 60.000 ton di gudang PT Smelting.
"Sekarang menumpuk di gudang, ada sekitar 400.000 ton di gudang Amamapare, gudang di smelter baru di Manyar, dan ada yang di PT Smelting," ujar Tony saat ditemui di Jakarta, Rabu (26/2/2025).
Tony mengatakan kualitas konsentrat tembaga yang berada di dalam gudang itu masih baik karena tidak disimpan di tempat terbuka. Namun, hal ini tentu menjadi beban tambahan bagi perseroan dari sisi penyimpanan.
(wdh)





























