Logo Bloomberg Technoz

Dalam diskusi yang dipandu oleh Sisi Aspasia, Communication Specialist, dan Said A. Abri, General Secretary ASEAN Federation of Land Surveying and Geomatics, Tito juga menjelaskan bahwa banyak UMKM yang tidak bankable, sehingga sulit mendapatkan akses ke lembaga keuangan resmi. Oleh karena itu, mereka lebih memilih pinjaman dari pinjol atau rentenir yang justru membebani.

“Kita jangan enggak jujur nih, keadaan masyarakat kita begitu. Semua tanyain aja, coba kita lihat di sekeliling kita, lihat yang jualan di pinggir jalan itu akses modalnya dari mana. Itu akses modalnya dari rentenir. Dia pinjam Rp300 ribu buat beli beras, beli telur, beli ayam. Dia jualan semalaman dapat Rp700 ribu, dia balikin ke rentenir itu Rp500 ribu. Jadi Rp300 ribu plus bunganya Rp200 ribu, dia ngantongin cuma Rp200 ribu. Nah, rentenirnya dapat berapa? Dapat Rp200 ribu dari satu orang. Coba kalau ada 10 orang?” ungkap Tito.

Dengan model keuangan syariah yang berbasis bagi hasil dan tanpa riba, UMKM memiliki kesempatan untuk berkembang tanpa terbebani utang berbunga tinggi.

“Pinjol oke, tapi buat apa? Kalau untuk berdagang, untuk usaha, itu bisa dikalkulasi dengan tepat. Tapi kalau konsumtif, itu berat. Jadi kita harus mulai memikirkan solusi berbasis ekonomi syariah,” tambahnya.

Jangan lewatkan diskusi inspiratif ini yang akan membuka wawasan baru tentang peran ekonomi syariah dalam membangun ekosistem bisnis yang lebih adil dan berkelanjutan.

Saksikan Bloomberg Technoz Podcast - Ramadan Spark hanya di www.bloombergtechnoz.com.


(btp)

No more pages