Bursa Saham Asia kompak menapaki jalur penguatan. Pada pukul 13.20 WIB siang hari, Hang Seng (Hong Kong), KOSPI (Korea Selatan), TW Weighted Index (Taiwan), PSEI (Filipina), SETI (Thailand), SENSEX (India), KLCI (Malaysia), Shanghai Composite (China), TOPIX (Jepang), CSI 300 (China), NIKKEI 225 (Tokyo), Straits Times (Singapura), Shenzhen Comp. (China), dan Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), yang berhasil menguat masing-masing 2,44%, 1,24%, 1,23%, 1,06%, 1,01%, 0,96%, 0,67%, 0,44%, 0,43%, 0,40%, 0,38%, 0,37%, 0,32%, dan 0,05%.
Jadi, IHSG adalah indeks dengan penguatan tertinggi paling pertama dan nomor satu di Asia, dan juga ASEAN.
Bursa saham Asia mendapati katalis positif setelah Mendag AS Howard Lutnick mengatakan Pemerintahan Donald Trump mungkin akan membatalkan beberapa tarif.
“Pasar tampaknya memperhitungkan langkah Pemerintahan Trump yang sedang mencari kesepakatan, daripada fokus pada potensi dampak inflasi dari tarif tambahan untuk AS,” kata Tomo Kinoshita, ahli strategi pasar global di Invesco Asset Management, dilaporkan Bloomberg News.
Lutnick mengatakan kepada Fox Business, AS mungkin akan mengumumkan keringanan tarif pada barang-barang Meksiko dan Kanada, yang tercakup dalam perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara, paling cepat Rabu setempat.
Dia menambahkan bahwa tarif mungkin akan berlaku ‘di tengah-tengah,’ di mana Trump “Bergerak bersama Kanada dan Meksiko, tetapi tidak sepenuhnya.”
Adapun Bursa Saham Hong Kong, dan saham-saham China memimpin kenaikan tersengat sentimen target pertumbuhan Ekonomi yang memicu spekulasi akan ada lebih banyak stimulus.
Kongres Rakyat Nasional (National People's Congress/NPC) di Beijing menetapkan target pertumbuhan Ekonomi berkisar 5% untuk 2025, tahun ketiga berturut-turut mempertahankan target tersebut.
Mengingat ketidakpastian global yang semakin meluas karena tarif dan geopolitik, para ekonom memperkirakan para pejabat China akan menambah stimulus.
Beijing akan mengambil langkah yang lebih kuat untuk mendongkrak permintaan yang bisa mengatasi tekanan deflasi dan krisis properti yang terus berlanjut.
(fad)


























