Logo Bloomberg Technoz

Mayoritas mata uang Asia melemah akibat sentimen dari perang dagang global serta pernyataan bernada hawkish dari pejabat Federal Reserve.

Rupiah juga melemah ketika indeks saham merah lagi. IHSG dibuka hijau 0,06% tapi segera berbalik ambles 0,35% ke level 6.579.

Sentimen utama penggerak rupiah hari ini masih dominan dari pasar global. Pernyataan Trump terkait rencana pengenaan tarif impor 25% pada Uni Eropa, juga ketidakjelasan tarif pada China, Kanada serta Meksiko, telah memicu kenaikan permintaan terhadap dolar AS dan menekan mata uang yang menjadi lawannya.

Sementara itu, sinyal yang cenderung hawkish keluar dari pejabat Federal Reserve, menjelang rilis data inflasi PCE pada Jumat malam nanti.

Gubernur Federal Reserve Bank of Atlanta, Raphael Bostic, menyatakan bahwa The Fed sebaiknya mempertahankan suku bunga pada level saat ini untuk terus menekan inflasi.

"Kita harus tetap berada di posisi ini," ujar Bostic dalam konferensi perumahan di Atlanta pada Rabu (26/2/2025).

"Kita bisa mengatakan bahwa mandat ketenagakerjaan telah tercapai, dan sekarang kita harus mengendalikan mandat stabilitas harga," lanjutnya. "Kita perlu tetap dalam kebijakan yang restriktif."

Kekhawatiran Danantara

Pasar surat utang domestik juga pasar saham tertekan, disinyalir karena kekhawatiran investor akan risiko yang mungkin timbul terkait fiskal karena berbagai langkah pemerintah.

Penyebabnya, "Kekhawatiran investor terutama investor asing terhadap Danantara yang dianggap membawa risiko fiskal akibat rencana penyuntikan modal Rp325 triliun dari APBN melalui program efisiensi dan risiko bisnis karena posisi eksekutif maupun komisaris didominasi oleh politisi dan pejabat publik, bukan profesional keuangan dan investasi yang independen," kata tim analis Mega Capital Sekuritas dalam catatannya.

(rui)

No more pages