Logo Bloomberg Technoz

“Secara teori, hasil panen atau uang tunai yang dikumpulkan dari pembudidaya harus dibayarkan kembali kepada pemberi pinjaman,” kata presentasi tersebut. “Namun dalam praktiknya, eFishery menghadapi tantangan yang signifikan dalam hal penagihan kepada peminjam.”

Hal menghambat proses penagihan utang adalah jarak yang sangat jauh dan sifat ekonomi Indonesia yang sedang berkembang, di mana hampir 10% penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan. 

Sekitar 76% dari US$68 juta piutang eFishery dianggap sebagai kredit macet yang telah jatuh tempo lebih dari 60 hari, dan perusahaan pada akhirnya bertanggung jawab atas sebagian besar pinjaman yang difasilitasinya dengan bank, menurut presentasi tersebut.

“Biaya yang besar perlu dikeluarkan untuk merealisasikan atau mendapatkan kembali nilai pinjaman yang belum dilunasi dari para peminjam yang tersebar di seluruh pelosok,” kata presentasi tersebut.

eFeeder adalah salah satu layanan yang dijual eFishery dimana mesin ini digerakkan oleh AI, sensor, dengan rantai pasokan otomatis yang menghubungkan petani dengan pembeli melalui aplikasi ponsel pintar. 

Selain mesin, eFishery juga menawarkan layanan pembiayaan, bekerja sama dengan P2P Lender atau perusahaan keuangan untuk membayar biaya pakan dan operasional mereka.

Awal temuan para penyidik menggambarkan bagaimana penggelembungan pendapatan dan laba eFishery terjadi sejak perusahaan didirikan. Oknum di internal eFishery terakhir memalsukan laporan keuangan di sembilan bulan pertama 2024 karena melaporkan laba US$16 juta (sekitar Rp260 miliar) meskipun sebenarnya rugi US$35,4 juta (sekitar Rp576 miliar). 

Perusahaan yang ditopang oleh investor terkemuka seperti SoftBank Group Corp dan Temasek Holdings Pte, ini juga diketahui menggelembungkan pendapatan hingga hampir US$600 juta dalam sembilan bulan hingga September tahun lalu, dikutip dari laporan awal 52 halaman terhadap eFishery.

Awal kebohongan terkuak setelah seorang pelapor mendekati seorang anggota dewan dengan tuduhan bahwa data keuangan perusahaan tersebut tidak akurat. Patrick Walujo dari Northstar Group, salah satu investor perusahaan, menggambarkan sebagai peristiwa yang memalukan.

Pendiri dan eks CEO eFishery, Gibran Huzaifah, belum merespons kelanjutan kabar dugaan laporan keuangan ganda.

(prc/wep)

No more pages