Bloomberg Technoz, Jakarta - FTSE Russell menilai bahwa badan pengelola investasi daya anagata nusantara atau BPI Danantara yang kemudian akan mengelola aset senilai US$900 miliar atau sekitar Rp14.724 triliun, dapat memancing aliran modal asing salah satunya melalui foreign direct investment (FDI).
Policy Director FTSE Russell, Wanming Du mengatakan para investor asing mudah tertarik dengan negara yang menginvestasikan kekayaan negaranya ke proyek infrastruktur yang mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
“Jika melihat contoh-contoh di masa lalu, di mana dana kekayaan negara berinvestasi pada, potensi infrastruktur dasar, yang membantu mendukung pertumbuhan ekonomi, mendukung pertumbuhan tersebut. Dan hal ini akan mendatangkan banyak hal [investor asing], investasi asing, FDI, misalnya,” ucap Wanming Du di Bloomberg Technoz Economic Outlook, dikutip Jumat (21/2/2025).
Pada akhirnya, investasi yang dilakukan tersebut dapat meningkatkan perkembangan perusahaan, pertumbuhan kapitalisasi pasar perusahaan di sisi kontribusi terhadap indeks saham negara.
Menurut Wanming Du, bagi FTSE yang merupakan lembaga penyedia indeks saham global dan acuan fund manager asing tiap negara, saat ini masing-masing negara menggunakan sebagian kekayaan negara untuk meningkatkan sektor infrastruktur demi mendukung pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Terlebih, Danantara juga akan melakukan investasi di sektor energi baru terbarukan (EBT). “Jadi menurut saya ini bagus, pastinya untuk pasar domestik,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia berpotensi untuk mendapatkan investasi pembangkit EBT dengan kapasitas 10 GW dari Uni Emirat Arab (EUA) melalui Danantara.
Luhut mengatakan sistem investasi UEA ke Danantara pemerintah akan membuat badan usaha patungan atau joint ventures (JV) dengan perusahaan manapun di luar Indonesia. Dengan estimasi aset milik Danantara US$900 miliar, pemerintah diharapkan dapat mengelola US$200 miliar untuk investasi di sektor lainnya.
“Saya beri contoh. Sepuluh hari lalu, saya bertemu dengan Menteri Energi UEA [Suhail Mohamed Al Mazrouei] di kantor saya, lalu saya jelaskan kepadanya tentang Danantara,” kata Luhut.
Dalam pertemuan tersebut, Luhut menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia saat ini memiliki target untuk mengembangkan pembangkit berbasis EBT dengan total kapasitas 72 GW; yang terdiri dari berbasis tenaga panas bumi, air, angin, surya, panel surya terapung, atau yang lainnya.
“Dan dia berkata, ‘Oke. Melalui JV, kita [UEA] bisa bergabung dengan [berinvestasi untuk pembangkit EBT dengan kapasitas] 10 GW’. Pembangkit 10 GW itu nilainya setara dengan US$10 miliar,” tegasnya.
“Jadi bisa anda bayangkan, ada begitu banyak peluang saat ini,” tutupnya.
(fik/hps)