Logo Bloomberg Technoz

“Kami berspekulasi bahwa BI mengalami tekanan secara politik untuk menurunkan suku bunga demi pertumbuhan kredit,” ungkap riset NH Korindo Sekuritas Indonesia, bulan lalu.

Bulan ini, isu politik pun belum reda, Bahkan ada selentingan bahwa posisi Gubernur Perry tidak aman, rawan dicopot.

Riset NH Korindo kembali mengemukakan isu politik tersebut. Dalam riset bertajuk Indonesia’s Presidential Bachelor: An Upcoming Cabinet Reshuffling, nama Perry disebut masuk daftar yang akan didepak.

“Meski BI adalah institusi independen, Gubernur Perry sepertinya dalam tekanan politik untuk mengubah stance (posisi) dari konservatif-preemtif-forward looking menjadi pro-growth. Sebuah sinyal dovish,” sebut riset itu.

Riset NH Korindo pun menyebut beberapa kandidat yang berpotensi menggantikan Perry. Mereka adalah para Anggota Dewan Gubernur BI saat ini yaitu Destry Damayanti, Juda Agung, Doni  Primanto Joewono, Aida S Budiman, dan Filianingsih Hendarta. Ada tanda bintang di nama Juda, yang berarti kemungkinan menjadi calon kuat.

Namun di luar faktor politik, sebenarnya ada juga pembenaran jika BI menurunkan suku bunga acuan. Riset Mirae Sekuritas menyebut, inflasi yang rendah dan nilai tukar rupiah yang stabil bisa menjadi momentum bagi penurunan BI Rate.

Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) stabil di bawah 108. Rupiah pun relatif stabil di level Rp 16.300/US$. Kami memperkirakan ini menjadi peluang penurunan suku bunga acuan,” sebut riset Mirae Sekuritas.

Dollar Index (Sumber: Bloomberg)

Februari, menurut riset Mirae Sekuritas, menjadi peluang penurunan BI Rate karena mulai bulan depan permintaan valas akan tinggi karena musim pembagian dividen dan pembayaran utang. Mumpung permintaan valas masih normal dan rupiah stabil, BI bisa lebih nyaman dalam memangkas suku bunga acuan.

Terlalu Cepat

Sementara itu, Bloomberg Intelligence memperkirakan BI Rate akan bertahan di 5,75% bulan ini. Meski ruang pemangkasan bukan berarti tertutup.

“Ada peluang pelonggaran lebih lanjut. Namun Februari sepertinya terlalu cepat, karena BI punya tugas untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah” tulis Ekonom Bloomberg Intelligence Tamara Mast Henderson.

Sumber: Bloomberg Intelligence

Henderson menambahkan, ekonomi Indonesia memang melambat dan inflasi bisa jadi berada di bawah target 2,5 plus-minus 1%. Namun volatilitas nilai tukar rupiah meningkat seiring gejolak pasar karena kebijakan tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Kinerja rupiah, lanjut Henderson, juga masih lebih lemah dibandingkan mata uang negara-negara sekelompok (peers). Apalagi bank sentral AS Federal Reserve memberi sinyal bahwa pelonggaran moneter mungkin akan terhenti untuk sementara waktu.

“Ini bisa menyebabkan rupiah berada dalam tekanan,” tegas Henderson.

(aji)

No more pages