Perkembangan pasar global sejatinya tidak terlalu banyak dinamika dengan tutupnya pasar modal AS memperingati Presidents Day pada Senin. Namun, sentimen dari pasar Eropa mungkin akan memberi dukungan pada pasar keuangan domestik.
Pergerakan rupiah kemungkinan akan lebih banyak dipengaruhi oleh perkembangan dari dalam negeri.
Arus masuk modal asing mulai kembali di pasar saham pada awal pekan, setelah membukukan penjualan berturut-turut dalam 10 hari perdagangan.
Pada perdagangan Senin kemarin, asing membukukan net buy saham Rp1,07 triliun, yang menjadi pembelian sehari terbesar sejak 17 Oktober lalu. Di pasar surat utang negara, pergerakan yield juga cenderung turun di awal pekan di mana SUN 10Y kini ada di 6,751% dan 2Y ada di 6,484% seperti dilansir dari data Bloomberg.
Rupiah juga akan mendapatkan sokongan positif dari aturan baru terkait Devisa Hasil Ekspor.
Presiden Prabowo Subianto telah meneken Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2025 yang mewajibkan eksportir menyimpan 100% DHE di dalam negeri selama 12 bulan.
Kebijakan tersebut adalah revisi dari PP 36 Tahun 2023 yang sebelumnya mewajibkan penempatan hanya 30% DHE selama tiga bulan.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, aturan baru DHE itu bisa membantu rupiah lebih stabil menyusul pasokan valas lebih banyak di dalam negeri.
Bank sentral telah menyiapkan tiga instrumen baru untuk mendukung regulasi DHE anyar, di antaranya Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI) dan perluasan Term Deposit (TD) Valuta Asing.
Regulasi itu mendapatkan tentangan dari para eksportir yang menilai perluasan pewajiban akan berdampak pada arus kas perusahaan.
Selain itu, sentimen positif juga datang dari kinerja perdagangan RI pada Januari. Surplus neraca dagang melejit mencapai US$ 3,45 miliar, jauh melampaui dugaan pasar di angka US$ 1,77 miliar dan melompat dari capaian bulan sebelumnya sebesar US$ 1,24 miliar.
BI rate
Hari ini, BI memulai gelar RDG selama dua hari dan memutuskan kebijakan bunga acuan pada esok Rabu.
Konsensus pasar yang telah dihimpun oleh Bloomberg dari 33 institusi sampai pagi ini, menghasilkan median 5,75%. Itu berarti, mayoritas ekonom dan pelaku pasar memperkirakan BI akan menahan bunga acuan di level saat ini yakni 5,75%.
Namun, konsensus itu tidak bulat. Sebanyak 11 dari 33 institusi yang disurvei memperkirakan BI akan memangkas bunga acuan lagi sebesar 25 basis poin pada Rabu nanti.
Prediksi pemangkasan itu salah satunya karena sinyal terakhir yang terbaca dari lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Pada lelang Jumat pekan lalu, BI memang menerbitkan SRBI lebih banyak yakni hingga Rp15 triliun dari sebelumnya 'cuma' Rp5 triliun.
Namun, nilai penerbitan neto tercatat negatif yang mengurangi nilai outstanding SRBI di pasar saat ini menjadi tinggal Rp892,9 triliun. "Kami melihat perkembangan itu sebagai sinyal kuat dari BI untuk mempercepat pemangkasan bunga acuan jadi bulan ini atau Maret nanti," kata tim analis Mega Capital Sekuritas di antaranya Lionel Priyadi, Muhammad Haikal dan Nanda Rahmawati, dalam catatannya.
Bunga SRBI juga kembali dipangkas ke level terendah sejak Oktober 2023 pada lelang terakhir, yaitu di level 6,46%.
(rui)