Logo Bloomberg Technoz

Namun, won Korsel anjlok 1,22%, kemungkinan karena repricing pasar, setelah bursa di Negeri Ginseng itu kembali aktif dibuka pasca libur Imlek. Ringgit juga melemah 0,10% bersama dolar Singapura turun 0,04%.

Menghitung kinerja sepekan, mayoritas mata uang Asia memang mencatatkan kekalahan dari dolar AS, kecuali yen, baht dan peso. Rupiah keluar sebagai mata uang Asia dengan pelemahan terdalam urutan ketiga bila dibandingkan posisi terakhir pekan lalu, setelah won Korsel dan yuan offshore.

Pelaku pasar global masih akan mengambil sikap waspada jelang rilis laporan PCE Amerika nanti malam. Angka inflasi inti PCE akan menjadi salah satu yang paling dicermati karena akan memberi petunjuk bagi penghitungan prospek bunga acuan global ke depan.

Tadi malam, AS melaporkan pembacaan awal kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2024, yang mencatat angka 2,3% qtq, lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya 3,1%. Angka pembacaan awal itu juga lebih kecil dibanding ekspektasi pasar yang sebenarnya bisa memberi sentimen positif pada pasar.

Ekonomi yang tak sekencang perkiraan, mengimplikasikan potensi inflasi yang kecil, sehingga membuka peluang pelonggaran moneter oleh Federal Reserve. Namun, angka core PCE Price Index pada kuartal terakhir tahun lalu, tercatat 2,5%, lebih tinggi dibanding sebelumnya meski masih sesuai ekspektasi pasar.

Alhasil, ekspektasi terhadap pemangkasan Fed fund rate pada pertemuan (FOMC) Maret nanti, makin pupus dengan probabilitas tinggal 17%, setelah sempat menyentuh 47% sebulan lalu.

Pada saat yang sama, ancaman Presiden AS Donald Trump terhadap penerapan tarif kembali ditebar. Trump menegaskan, kebijakan tarif impor sebesar 25% terhadap Kanada dan Meksiko akan tetap ditempuh dan segera diumumkan.

Momentum bullish

Hari ini, Bank Indonesia akan menggelar lelang rutin Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Dengan tren yield di pasar yang terus turun, pasca BI rate dipangkas, ada potensi tingkat bunga diskonto SRBI akan kembali digunting dalam lelang nanti.

Pada lelang pekan lalu, animo pasar sangat besar hingga incoming bids menyentuh lebih dari Rp100 triliun. Sementara level bunga diskonto yang dimenangkan untuk SRBI 12 bulan adalah sebesar 6,83%, penurunan keempat beruntun.

Kemarin, Kementerian Keuangan RI menggelar lelang Sukuk Negara (SBSN) yang mencatat kenaikan minat pasar, di mana incoming bids naik 46% menjadi Rp20,52 triliun. 

Tingginya minat dalam lelang SBSN terdorong momentum bullish yang masih melingkupi pasar surat utang RI dalam beberapa hari terakhir.

Setelah asing terindikasi kembali masuk berbelanja hingga memborong SUN hampir Rp10 triliun pekan lalu, harga obligasi negara melanjutkan tren bullish ditandai dengan penurunan yield terutama di tenor panjang.

Selisih imbal hasil investasi SUN dengan Treasury, surat utang AS, kini bertahan di 240 basis poin. Tadi malam, yield Treasury juga stabil di kisaran 4,50% untuk tenor 10 tahun dan 4,20% untuk tenor 2 tahun. Pagi ini, yield Treasury sedikit bergerak naik di semua tenor.

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah memiliki level support Rp16.300/US$ yang menjadi support terdekat usai break support psikologis. Target pelemahan selanjutnya akan tertahan di Rp16.350/US$.

Apabila kembali break support tersebut, rupiah bisa makin lemah menuju Rp16.400/US$ sebagai support terkuat.

Dalam tren pendek menengah, rupiah berpotensi melanjutkan tren pelemahan. Level support menarik dicermati di Rp16.450/US$ sebagai support paling krusial.

Jika nilai rupiah terjadi penguatan, resistance menarik dicermati pada level Rp16.200/US$ dan selanjutnya Rp16.140/US$ sebagai resistance potensial.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Teknikal Jumat 31 Januari 2025 (Riset Bloomberg Technoz)

(rui)

No more pages