Pernyataan orang nomor satu di negeri paling berkuasa di dunia itu, ditambah dengan statemen dari Menteri Keuangannya yang berlatar belakang Wall Street, mengakhiri periode tenang di pasar mata uang pasca inaugurasi pekan lalu.
Fenomena strong dollar mungkin benar-benar telah kembali, dipanaskan oleh peningkatan ketidakpastian global terkait isu tarif yang memicu Perang Dagang 2.0.
Di pasar valuta Asia spot sejak pagi ini, mata uang di kawasan tertekan. Selain yen Jepang yang memimpin pelemahan, baht juga tertekan 0,61%, dolar Singapura 0,53%, yuan offshore melemah 0,40%, ringgit 0,28%. Juga, peso Filipina yang tergerus 0,16%.
Rupiah spot 'lolos' dari tekanan hari ini karena pasar domestik libur Cuti Bersama peringatan Imlek. Namun, seandainya pasar modal buka hari ini, kemungkinan besar rupiah juga akan terseret melemah.
Sinyal itu terlihat dari pasar offshore. Kontrak Non Deliverable Forward (NDF) yang diperdagangkan di pasar luar negeri, tertekan dengan pelemahan 0,13% saat ini di kisaran Rp16.226/US$, setelah kemarin ditutup melemah juga di pasar New York.
Level itu lebih lemah dibanding posisi penutupan rupiah pekan lalu di Rp16.173/US$, mengisyaratkan ada pelemahan bila pasar spot dibuka hari ini.
'Genderang perang' ditabuh
Presiden AS Donald Trump menyatakan, seperti dilansir dari Bloomberg, bahwa ia menginginkan penerapan tarif impor universal di atas 2,5%.
Pernyataan Trump itu diungkap pada para jurnalis yang menyertai penerbangannya memakai Air Force One. Trump juga menyebut, tarif akan dikenakan pada beberapa barang penting industri mulai baja, tembaga hingga chip semikonduktor.
Sebelumnya, menurut laporan Financial Times, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut, ia mendukung penerapan tarif universal secara bertahap untuk barang impor AS mulai 2,5%.
"Bessent bicara tentang tarif universal secara menyeluruh dan meskipun bertahap, tarif itu bisa naik hingga 20% dan itu adalah masalah besar," kata Rodrigo Catril, Strategist di National Australia Bank Ltd., di Sydney.
Trump memiliki agenda proteksionisme yang tidak baik bagi pertumbuhan global dan mendukung dolar AS sebagai aset safe haven utama, kata Catril.
Indeks Bloomberg yang mengukur kekuatan dolar AS juga naik 0,4% pagi ini.
Penguatan dolar AS juga terjadi ketika pasar saham di negeri itu baru saja mengalami hari yang sangat buruk ditandai dengan kejatuhan saham NVidia, setelah kemunculan DeepSeek, AI buatan Tiongkok yang menjadi pesaing utama.
Nilai pasar Nvidia rontok sekejab hingga US$589 miliar dalam sehari. Para pelaku pasar 'ketakutan' hingga makin banyak menyerbu aset yang dinilai sebagai aset aman alias safe haven seperti dolar AS dan surat utang AS, Treasury.
Selain kenaikan indeks dolar AS, arus beli juga menyerbu pasar Treasury. Itu ditandai dengan penurunan yield UST di semua tenor.
Yield UST-10Y turun 6,9 basis poin ke level 4,553%. Sedangkan tenor 2Y turun 5,4 basis poin jadi 4,212%. Tenor menengah 5Y turun 7,1 basis poin jadi 4,355%.
Bessent kantongi restu Senat AS
Senat AS mengonfirmasi penunjukan Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan AS di bawah kepemimpinan Trump.
Bessent, seorang mantan hedge fund manager mendapatkan persetujuan 68 suara berbanding dengan penolakan 29 suara pada Senin kemarin di Senat AS.
Bessent akan menjadi juru bicara sektor perekonomian AS yang utama di bawah rezim Trump yang memiliki agenda besar berupa pemotongan pajak, deregulasi dan penyeimbangan lagi konstelasi perdagangan.
Bessent menjadi menteri kelima di Kabinet Trump yang telah mendapatkan konfirmasi dari parlemen. Bessent yang berusia 62 tahun itu, menghadapi tantangan yang tidak kecil mengelola ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Pemerintah AS menghadapi beban utang yang luar biasa besar di mana pada Januari awal, di bawah Presiden AS Joe Biden, menerapkan akrobat akuntansi khusus agar anggaran tetap mengikuti aturan perundangan.
Pada 5 Februari nanti, Kementerian Keuangan AS akan memperbarui perencanaan terkait penerbitan obligasi pemerintah di tengah kondisi defisit yang sudah sangat besar.
Dengan yield Treasury saat ini menguji 5%, kepiawaian Bessent akan diuji dan dinilai menjadi bekal khusus karena ia memiliki latar belakang di pasar keuangan.
Dalam sidang di hadapan Senat AS, Bessent sempat mengomentari perihal defisit fiskal AS. Ia mengakui kekhawatirannya terhadap defisit fiskal yang sangat besar. "Kami belum pernah melihat ini [besar defisit] sebelumnya," katanya.
Defisit fiskal AS sudah di atas 6% dari PDB, padahal AS tidak dalam kondisi krisis, resesi ataupun perang. Bessent menargetkan bisa membawa defisit fiskal AS turun ke 3% melalui pemotongan pajak. Namun, rencana itu dinilai akan memperburuk prospek fiskal.
"Pendekatan menyeluruh pemerintah menggabungkan deregulasi dengan reformasi pajak dan faktor pendorong ekonomi lain, seperti penerapan kebijakan perdagangan yang kuat, akan menciptakan zaman kegemilangan ekonomi," kata Bessent di hadapan Komite Keuangan Senat AS.
(rui)






























