Pembongkaran kemudian bertambah masif dengan melibatkan KKP dan sejumlah instansi lain; yaitu Polair, KPLP, Bakamla, Pemprov Banten, relawan, dan nelayan. Setidaknya terdapat 2.593 personil dan 281 armada yang dikerahkan untuk membongkar pagar yang kabarnya sudah lebih dari sembilan kilometer tersebut.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, sejumlah lembaga akhirnya sepakat melakukan patungan atau pembiayaan bersama untuk membongkar pagar laut di pesisir Tangerang. Akan tetapi, dia enggan mendetilkan jumlah biaya atau total patungan yang dilakukan.
"Itu kita patungan karena desakan dari teman-teman semua untuk segera dibongkar. Ya sudah dengan segala macam cara. Itu yang belum terhitung. Patungan saja," kata Sakti Wahyu.
Polemik pemanfaatan dan tata ruang laut mencuat usai pagar laut misterius sepanjang 30,16 km terbentang di Utara Tangerang, beberapa pekan lalu. Hal ini terungkap setelah para nelayan dan warga yang tinggal pada wilayah pesisir mengeluhkan akses ke laut yang terhalangi pagar laut tersebut.
Setidaknya, pagar laut ini memblokir akses ke laut bagi sekitar 3.888 nelayan yang tinggal di 16 desa pada 6 kecamatan, Kabupaten Tangerang.
Kasus ini awalnya hanya berfokus pada kelalaian Kementerian Kelautan dan Perikanan yang gagal mendeteksi upaya pemagaran tata ruang laut. Polemik meluas usai terungkap kawasan terpagar tersebut ternyata mengantongi sertifikat HGB dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR).
Beberapa pemilik HGB tersebut adalah PT Intan Agung Makmur sebanyak 234 bidang; PT Cahaya Inti Sentosa sebanyak 20 bidang; dan perseorangan sebanyak sembilan bidang. Tercatat juga ada 17 bidang atas nama perorangan namun pengajuan sertifikat HGB nya berstatus proses pembatalan.
Belakangan, sejumlah kabar menuding dua perusahaan pemilik HGB tersebut terafiliasi perusahaan properti raksasa yang mengembangkan kawasan PIK 2, Agung Sedayu Grup.
Pemerintah pun menjadi sasaran tuduhan karena dinilai lambat membongkar dan mengusut pagar laut Tangerang karena terkait pengusaha yang dekat dan terlibat dalam banyak proyek strategis Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Prabowo Subianto; Sugianto Kusuma alias Aguan.
(azr/frg)

































