Temuan ini menunjukkan bahwa kesuraman akan terus menghantui perekonomian dengan resesi yang lebih sering terjadi. Sehingga, meningkatkan tekanan pada pembuat kebijakan di pemerintahan dan di Bank of England (BOE).
Perdana Menteri Keir Starmer, yang berjanji akan meningkatkan tingkat pertumbuhan Inggris, justru membuat ekonomi melambat tajam sejak Partai Buruh mengambil alih kekuasaan pada Juli lalu.
"Ada alasan kuat untuk berpikir bahwa resesi teknikal akan lebih sering terjadi pada tahun-tahun mendatang daripada di masa lalu," kata Hanson. "Tingkat tren pertumbuhan Inggris telah turun, yang berarti guncangan sebelumnya hanya akan mendorong pertumbuhan melambat, sekarang sudah cukup untuk menghasilkan penurunan produksi."
Namun, ia mengatakan hal tersebut tidak mungkin membuat resesi besar yang disertai dengan lonjakan pengangguran yang lebih umum terjadi.
Ekonomi Inggris berkinerja buruk sejak pandemi berakhir, mengalami resesi ringan pada paruh kedua tahun 2023 karena inflasi dan suku bunga acuan yang lebih tinggi sangat membebani. PDB stagnan pada kuartal ketiga tahun 2024, bahkan BOE memperkirakan pertumbuhan nol pada kuartal keempat.
Meskipun perekonomian tahun 2025 diperkirakan meningkat, pertumbuhan akan tetap jauh di bawah tingkat yang terlihat sebelum krisis keuangan karena produktivitas yang lemah terus menghambat potensi ekonomi.

Menteri Keuangan Rachel Reeves menggarisbawahi janjinya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dalam wawancara dengan Pemimpin Redaksi Bloomberg News, John Micklethwait di Davos pada Rabu (22/1/2025).
Dia mengatakan bahwa "jawabannya tidak selalu tidak" pada proyek-proyek infrastruktur besar dan keputusan perencanaan karena Partai Buruh mencoba membuka blokir investasi.
"Itu telah menjadi masalah di Inggris untuk waktu yang lama," katanya. "Ketika ada pilihan antara sesuatu yang akan menumbuhkan ekonomi dan hal yang lain, 'hal yang lain' selalu menang."
(bbn)