Logo Bloomberg Technoz

Pernyataan terbaru itu kemungkinan akan mengakhiri euforia yang sempat melanda emerging market sejak Selasa lalu. Kelegaan pasar bahwa ancaman tarif pada China belum akan dilakukan membawa banyak harga aset di pasar global bergerak ke zona hijau.

Namun, dengan statemen terbaru itu, terbukti bahwa kelegaan itu hanya berumur pendek.

Indeks dolar AS juga terpantau kembali naik meski masih di kisaran 108,11. Meski begitu, pasar di Asia di luar China, sejauh ini terlihat masih cenderung 'dingin' menanggapi Trump.

Bursa saham Asia sebagian masih bergerak menguat seperti terlihat di bursa ekuitas Taiwan yang naik 1,3%, juga Kospi yang naik 0,56%. Bursa saham di Malaysia, Indonesia, juga Filipina serta Singapura juga bergerak di zona hijau.

Adapun di pasar valuta, mata uang Asia yang mayoritas menguat kini tinggal ringgit, baht, won Korsel dan rupiah yang melanjutkan kenaikan.

Alat negosiasi

Sebelumnya, Trump juga menyatakan akan menerapkan tarif impor AS dari Kanada dan Meksiko sebesar 25% mulai 1 Februari nanti.

Namun, laporan yang dilansir oleh Wall Street Journal, yang menyebutkan penasihat Trump ingin mengkaji pakta perdagangan kontinental yang sejatinya baru akan direview pada 2026, dinilai sebagai cerminan taktik tarif sebagai alat menaikkan posisi tawar AS.

"Laporan itu menunjukkan bahwa ancaman tarif Trump sebesar 25% terhadap Meksiko dan Kanada yang ia janjikan akan dimulai pada 1 Februari hanyalah taktik negosiasi untuk memenangkan kesepakatan perdagangan awal," kata Lionel Priyadi, Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital.

Menurut analis, para investor sebaiknya fokus pada perkembangan data inflasi AS, yakni inflasi inti Personal Consumption Expenditure (PCE) yang akan dirilis akhir bulan nanti. "Juga fokus pada kebijakan moneter The Fed dengan memberikan sedikit perhatian terhadap gangguan taktik negosiasi Trump," kata Lionel.

Analis memperkirakan, The Fed akan memangkas bunga acuan sebanyak 75-100 bps tahun ini, berdasarkan pada asumsi inflasi PCE melambat jadi 2,1%.

"Situasi itu memungkinkan BI memangkas setidaknya 50 basis poin pada Semester 1-2025," kata Lionel.

Mata uang rupiah masih bertahan lebih kuat dalam kisaran terbatas sampai pukul 10:24 WIB di Rp16.332/US$.

Sedangkan IHSG bertahan menguat k ekisaran 7.251. Sedangkan yield SUN kebanyakan kembali naik. Tenor 5 tahun kini di 6,921%, lalu tenor 2 tahun ada di 6,886% dan 10 tahun kini ada di 7,128%.

(rui)

No more pages