Logo Bloomberg Technoz

Di belakangnya, seri FR0103 yang jatuh tempo tahun 2035 juga diserbu investor dengan nilai minat yang masuk mencapai Rp15,03 triliun, naik 142% dibanding lelang 7 Januari.

Kebalikannya, penawaran masuk untuk tenor lebih panjang justru mencatat penurunan.

Misalnya untuk seri FR0106 yang jatuh tempo pada tahun 2040, incoming bids turun dari Rp6,45 triliun pada lelang sebelumnya, menjadi Rp5,9 triliun pada lelang hari ini.

Begitu juga untuk seri FR0107, jatuh tempo tahun 2045, yang mencatat penurunan incoming bids 9% menjadi sebesar Rp5,1 triliun.

"Permintaan yang menurun untuk tenor panjang mencerminkan para investor mengantisipasi pergerakan bullish steepening yield di pasar sekunder," kata Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital Lionel Priyadi dan Junior Macroeconomist Muhammad Haikal, dalam catatannya sore ini.

Bull steepening dalam kurva imbal hasil (yield curve) merujuk pada situasi di mana imbal hasil atau yield pada berbagai tenor surat utang di kurva cenderung menurun. Namun, penurunan terjadi lebih besar pada surat utang dengan tenor atau durasi lebih pendek dibandingkan surat utang berdurasi lebih panjang. 

Istilah "bull" mengacu pada pasar yang optimis atau naik, sementara "steepening" mengacu pada perubahan yang mengarah pada kurva yang lebih curam.

Bull steepening bisa lebih menguntungkan bagi investor yang memegang obligasi jangka pendek, karena harga obligasi dapat meningkat ketika suku bunga turun.

Penawaran masuk yang besar dari investor di pasar primer SUN terutama untuk tenor lebih pendek, diwarnai juga oleh kenaikan permintaan imbal hasil atau yield terutama untuk tenor lebih panjang. 

Itu terjadi bahkan ketika suku bunga acuan BI sudah diturunkan pada pekan lalu. 

Hanya seri terlaris FR0104 saja yang rentang yield masuk terendah dan tertinggi dalam lelang hari ini, tercatat lebih kecil dibanding lelang sebelumnya. Yakni, antara 6,85%-7,10% dari tadinya 6,93%-7,10%.

Sedangkan untuk seri FR dengan tenor lebih panjang, rata-rata mencatat kenaikan permintaan yield dari investor.

FR0103, misalnya, yield terendah dan tertinggi masuk tercatat di 7,09% dan 7,29%, naik dibanding sebelumnya di 7,01% dan 7,20%.

Begitu juga FR0106, tercatat di 7,23%-7,40% dibanding 7,06% dan 7,25%. Lalu FR0107 yang mencapai 7,23% dan 7,38% dari tadinya 7,10% dan 7,25%.

Serta FR0102, dengan yield terendah dan tertinggi masuk 7,17% dan 7,39% dari 7,06% dan 7,22%. Terakhir untuk seri FR0105, yield terendah dan tertinggi masuk ada di 7,19% dan 7,40% dari 7,12% dan 7,22%.

Sementara untuk seri SPN yang bertenor 12 bulan, investor meminta yield 6,45% hingga 6,50%.

Biaya dana SUN naik

Permintaan yield dari investor yang mayoritas lebih tinggi akhirnya membuat Pemerintah RI memenangkan imbal hasil yang tinggi pula.

Bagi investor ini adalah kabar baik karena mendapatkan imbal hasil lebih tinggi, bahkan lebih tinggi dibanding imbal hasil seri sejenis di pasar sekunder. 

Namun, bagi Pemerintah RI selaku penjual surat utang, yield tinggi yang diberikan berarti biaya dana yang ditanggung jadi semakin besar. 

Hanya tenor terlaris mencatat yield dimenangkan yang lebih kecil dibanding lelang sebelumnya.

FR0104 dimenangkan imbal hasilnya rata-rata sebesar 6,911%. Level itu masih lebih tinggi dibanding imbal hasil seri sejenis di pasar sekunder hari ini, yaitu di 6,88%. 

Sementara seri FR di luar itu diberikan yield jauh lebih tinggi karena permintaan dari investor yang juga tinggi. 

Pemerintah akhirnya memenangkan penawaran masuk di target indikatif Rp26 triliun dengan penjualan terbanyak adalah untuk seri FR0104 senilai Rp8,9 triliun. 

Yield Rata-Rata Tertimbang Dimenangkan Lelang SUN

Seri SUN Lelang 21 Januari 2025 Lelang 7 Januari 2025
FR0104 (5Y) 6,911% 7,019%
FR0103 (10Y) 7,119% 7,099%
FR0106 (15Y) 7,299% 7,149%
FR0107 (20Y) 7,289% 7,179%
FR0102 (htm. 2054) 7,231% 7,107%
FR0105 (htm. 2064) 7,226% -

Sumber: Dokumen lelang SUN Kemenkeu RI

Penawaran masuk yang besar dari investor di pasar primer hari ini, dengan imbal hasil lebih tinggi terutama untuk tenor panjang kemungkinan mencerminkan ekspektasi pasar terhadap prospek tingkat bunga ke depan. 

Sementara untuk tenor pendek yang lebih rendah imbal hasilnya, kemungkinan dipengaruhi oleh ekspektasi penurunan BI rate lebih lanjut dalam waktu dekat. 

Penurunan suku bunga diskonto untuk instrumen Sekuritas Rupiah (SRBI) dalam tiga lelang beruntun dan pada lelang Jumat lalu menyentuh level terendah sejak Oktober, dibaca oleh pasar sebagai sinyal akan ada penurunan BI rate lebih lanjut. Itu juga didasari oleh sinyal gamblang yang ditebar oleh bank sentral yang telah mengumumkan perubahan stance kebijakan dari tadinya fokus pada stabilitas nilai tukar, menjadi lebih pro-pertumbuhan.

Hari ini, pasar sekunder SUN relatif bergerak lebih baik ditandai dengan kenaikan harga hampir semua tenor. Mengacu data OTC Bloomberg sore ini, SUN tenor 2Y turun 6,9 bps ke level 6,873%. Lalu tenor 5Y juga turun 3,2 bps ke 6,916%. Tenor 10Y turun 3,1 bps jadi 7,129% dan tenor 15Y turun 1,4 bps ke level 7,240%.

Pasar SUN sekunder yang hijau hari ini didukung oleh perbaikan sentimen pasar ditandai dengan penurunan yield surat utang AS, Treasury, setelah ada kabar Trump menunda penerapan kebijakan tarif pada Tiongkok.

Sentimen global yang positif itu mengerek pamor aset emerging market. Rupiah juga ditutup menguat 0,15% ke level Rp16.335/US$ di pasar spot. Sementara IHSG juga menguat 0,15% di 7.181,82.

(rui)

No more pages