Logo Bloomberg Technoz

Takar Cuan Investasi di Saving Bond Ritel Saat Inflasi Tinggi

Ruisa Khoiriyah
25 January 2023 10:27

Ilustrasi Uang Rupiah (bi.go.id)
Ilustrasi Uang Rupiah (bi.go.id)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Di tengah tekanan inflasi yang relatif tinggi dan ketidakpastian risiko ekonomi global tak banyak instrumen investasi yang bisa memberikan return menjanjikan. Lalu instrumen investasi apa bisa memberikan imbal hasil lumayan tinggi tapi berisiko rendah? 

Beberapa waktu lalu, Pemerintah Indonesia mulai membuka penawaran berinvestasi pada pemodal ritel melalui produk surat utang Saving Bond Ritel (SBR). Masa penawaran dibuka mulai 19 Januari lalu sampai 9 Februari 2023.

Saving Bond Ritel yang ditawarkan kali ini adalah SBR seri 012 yang diterbitkan dalam dua cabang yaitu SBR012 T2 yang bertenor dua tahun dan SBR012 T4 yang bertenor empat tahun. Untuk menarik banyak peminat dari kalangan investor ritel, pemerintah menawarkan kupon masing-masing sebesar 6,15% untuk SBR012-T2 dan sebesar 6,35% untuk SBR012-T4. 

Tingkat kupon yang ditawarkani itu lebih tinggi dari suku bunga acuan Bank Indonesia, BI 7 Days Reverse Repo Rate yang saat ini di level 5,75%. Artinya, ada selisih imbal hasil sekitar 0,4% untuk SBR012-T2 dan sebesar 0,6% untuk SBR012-T4. Tingkat kupon itu berlaku sebagai kupon minimal atau floor rate selama periode 3 bulan pertama yaitu mulai 15 Februari sampai 10 Mei 2023. Tingkat kupon minimal itu dievaluasi setiap 3 bulan.

Dengan demikian, bila BI menaikkan lagi suku bunga acuan selama masa tenor investasi SBR012, pemerintah selaku penerbit akan melakukan penyesuaian suku bunga supaya tingkat kupon tetap kompetitif. Hal itu terjadi pada SBR seri 011 yang memiliki kupon 5,5% dan saat terjadi kenaikan bunga acuan BI, kuponnya disesuaikan menjadi 7,25% yang berlaku selama 3 bulan.