Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan pembiayaan anggaran sampai 31 Mei 2024 tercatat hanya Rp84,6 triliun atau lebih rendah 28,7% dibanding periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).

Bendahara Negara menjelaskan pemerintah tak agresif menambah utang karena mewaspadai tren sektor keuangan global yang sedang bergejolak dengan kecenderungan suku bunga yang lebih tinggi dalam waktu yang lama. Pemerintah juga menghindari adanya tekanan pada pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

"Artinya, kami berhati-hati agar tidak terekspos terhadap lingkungan dan tren sektor keuangan global yang cenderung higher for longer dan pressure terhadap rupiah atau penguatan dolar yang tinggi," kata Sri Mulyani.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan pendapatan negara sampai 31 Mei 2024 tercatat hanya Rp1.123,5 triliun atau merosot 7,1% dibanding Rp1.209 triliun pada periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Padahal, kinerja pendapatan pada Mei 2023 trennya melonjak 13%.

Kinerja pendapatan negara lesu akibat ketiga sumber pendapatan negara yang kompak mengalami penyusutan penerimaan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani merinci, peneriman pajak per 31 Mei 2024 tercatat Rp760,4 triliun atau merosot 8,4%. Sementara itu, penerimaan bea dan cukai hanya Rp109,1 triliun atau menurun 7,8%. Kemudian, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tercatat Rp251,4 triliun atau merosot 3,3%.

“Ini memang koreksi normalisasi,” klaim Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBNKita, Kamis (27/6/2024).

Di sisi lain, belanja negara malah melonjak 14% yoy menjadi Rp1.145,3 triliun. Nilainya tercatat 34,4% dari pagu APBN 2024.

Dengan demikian, keseimbangan primer tercatat surplus Rp184,2 triliun. Surplus keseimbangan primer lebih rendah 52,8% dibanding tahun lalu yang surplus mencapai Rp390,1 triliun.

(lav)

No more pages