Logo Bloomberg Technoz

Indeks dolar AS masih melanjutkan koreksi tipis ke 105,85 sampai pukul 11:28 WIB, memberi ruang bagi mata uang yang menjadi lawannya untuk menguat termasuk rupiah. Rupiah masih bertahan lebih kuat ke kisaran Rp16.185/US$, menguat 0,22% siang ini, sejurus dengan penguatan mayoritas mata uang Asia.

Para investor asing memburu surat utang terutama tenor menengah dan panjang. Sedang tekanan jual yang masih berlangsung untuk surat utang tenor pendek tidak bisa dilepaskan dari ekspektasi terhadap kenaikan BI rate dalam waktu dekat sejurus dengan kejatuhan nilai tukar rupiah.

Beberapa bank investasi global memprediksi Bank Indonesia kemungkinan besar menaikkan bunga acuan dalam pertemuan Dewan Gubernur pekan depan 23-24 April sebesar 25 bps ke 6,25%, untuk mendukung kekuatan rupiah yang sudah kehilangan lebih dari 5% sepanjang tahun ini.

"Batas kenaikan bunga acuan tidak terlalu tinggi bagi BI mengingat bank sentral tidak terlalu mengkhawatirkan aktivitas perekonomian dan akan menggunakan alat [kebijakan] pro pertumbuhan untuk mengimbangi dampak negatif apapun [dari kenaikan bunga]," tulis ekonom Barclays Brian Tan dan ahli strategi Audrey Ong dalam catatan pada klien, dilansir dari Bloomberg News, Kamis (18/4/2024).

BI bahkan dinilai bisa saja mengerek langsung sebesar 50 bps bila tekanan terhadap rupiah masih besar. Sedang bila kenaikan hanya sebesar 25 bps akan memberi sinyal ke pasar bahwa BI memilih kebijakan yang lebih berhati-hati dan incremental dan menyiratkan pemahaman bahwa tekanan terhadap rupiah belakangan juga dipengaruhi oleh kenaikan permintaan dolar AS di pasar seiring jadwal pembayaran dividen investor asing.

Barclays juga memprediksi BI akan memberi sinyal bahwa Dewan Gubernur terbuka terhadap potensi kenaikan bunga acuan lebih lanjut ke depan. 

"Kenaikan bunga acuan pekan depan akan memberi sinyal saja bagi pasar ketimbang membawa pengaruh serta merta pada rupiah. Dengan perbedaan tingkat bunga dengan Amerika, kenaikan 25 bps hanya akan menggeser sedikit minat ke rupiah," kata ekonom dan ahli strategi Barclays itu.

Pemulihan kekuatan rupiah yang berkelanjutan masih lebih banyak bergantung pada berkurangnya tekanan global dari penguatan dolar AS. 

(rui)

No more pages