Logo Bloomberg Technoz

Nasib Utang Valas Jatuh Tempo US$70,72 Miliar Kala Rupiah Jatuh

Ruisa Khoiriyah
04 April 2024 09:10

Petugas memperlihatkan dolar AS di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Senin (1/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Petugas memperlihatkan dolar AS di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Senin (1/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kejatuhan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika bukan hanya mengancam kenaikan inflasi harga barang akibat kegiatan importasi (imported inflation) dan mengerek defisit APBN, rupiah yang semakin melemah juga bisa merambat menaikkan beban utang luar negeri Indonesia yang jatuh tempo kurang dari setahun ke depan.

Berdasarkan data terakhir yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI), posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari setahun berdasarkan jangka waktu sisa per akhir Januari 2024, mencapai US$70,72 miliar. Memakai asumsi kurs tengah BI pada 3 April yaitu Rp15.923/US$, nilai utang tersebut setara dengan Rp1.126,07 triliun.

Posisi utang valas jangka pendek itu tertinggi setidaknya berdasarkan data yang dipublikasikan sejak 2013 itu. Kenaikan ULN jangka pendek terutama karena kenaikan posisi ULN bank sentral dan swasta. 

ULN bank sentral yang jatuh tempo kurang dari setahun mencapai US$6,36 miliar, naik 623% dibanding Januari 2023. Dibanding Desember, kenaikannya mencapai 24,4%. Hal itu ditengarai berkaitan dengan penerbitan sekuritas baru BI yang bertenor pendek untuk keperluan operasi moneter, yaitu SRBI, SVBI dan SUVBI. 

Sampai 19 Maret lalu, BI menyebut nilai penerbitan SRBI telah mencapai Rp409,38 triliun, kemudian SVBI sebesar US$2,31 miliar dan SUVBI senilai US$387 juta.