Logo Bloomberg Technoz

China pada tahun 2019 menjadi negara pertama dan sejauh ini satu-satunya negara yang mendarat di sisi jauh Bulan. Misi Chang'e-6 selanjutnya akan menjadi misi pertama yang mencoba mengumpulkan sampel dari sana dan mengembalikannya ke Bumi.

Baik China maupun AS sedang menyusun rencana untuk mengirim astronot ke bulan sebelum akhir dekade ini.

Peluncuran Queqiao-2 dan Chang'e-6 merupakan bagian dari tahun yang sibuk bagi China, dengan rekor 100 misi yang direncanakan, meningkat 40% dari total misi di tahun 2023.

Kontraktor ruang angkasa milik negara, China Aerospace Science and Technology Corp akan melakukan hampir 70 peluncuran, dan sisanya diharapkan dilakukan oleh perusahaan rintisan ruang angkasa China.

Perdana Menteri Li Qiang mengidentifikasi penerbangan luar angkasa komersial sebagai industri utama yang sedang berkembang dalam laporannya kepada Kongres Rakyat Nasional China pada awal Maret.

Semua aktivitas tersebut berpotensi memperburuk ketegangan dengan negara-negara tetangga yang bisa saja berada dalam jangkauan jatuhnya puing-puing roket.

Pada Rabu, Badan Antariksa Filipina mengonfirmasi peluncuran roket China dan mengatakan bahwa puing-puing roket tersebut diperkirakan jatuh di dalam zona jatuh yang telah diidentifikasi di dekat Pulau Panay di bagian selatan negara itu.

"Puing-puing yang tidak terbakar dari roket, seperti pendorong dan faring, dirancang untuk dibuang saat roket memasuki luar angkasa. Meskipun tidak diproyeksikan jatuh pada fitur daratan atau area yang dihuni, puing-puing yang jatuh menimbulkan bahaya dan potensi risiko bagi kapal, pesawat terbang, kapal penangkap ikan, dan kapal lain yang akan melewati zona jatuhan," kata Badan Antariksa Filipina.

Badan itu menambahkan bahwa kemungkinan masuknya kembali roket ke atmosfer tahap atas roket yang tidak terkendali "tidak dapat dikesampingkan saat ini."

Badan Antariksa Filipina bulan lalu mengeluarkan peringatan tentang kemungkinan bahaya yang ditimbulkan oleh peluncuran roket China lainnya.

Pada tahun 2022, Manila mengeluarkan nota diplomatik untuk meminta penjelasan dari Beijing setelah insiden antara kapal Filipina dan China di Laut China Selatan yang melibatkan puing-puing roket yang dicurigai.

(bbn)

No more pages