Logo Bloomberg Technoz

Capital Outflow dari Pasar SBN Bisa Makin Besar, Tertekan Global

Tim Riset Bloomberg Technoz
15 March 2024 08:55

Ilustrasi pasar obligasi (Sumber: Bloomberg)
Ilustrasi pasar obligasi (Sumber: Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pasar keuangan domestik hari ini, Jumat (15/3/2024), bersiap hadapi tekanan cukup besar menyusul aksi jual besar-besaran di pasar global pasca data inflasi Indeks Harga Produsen (PPI) Amerika Serikat (AS) yang dilansir semalam mencatat kenaikan terbesar dalam enam bulan terakhir, kian mengecilkan besaran penurunan bunga Federal Reserve (The Fed) tahun ini.

Ekspektasi penurunan bunga The Fed tahun semakin kempis menjadi 75 basis poin dari semula yang mencapai 100 bps bahkan 150 bps. Bahkan sebagian pelaku pasar mulai menimbang kemungkinan pemotongan bunga FFR hanya dua kali tahun ini dengan besaran total 50 bps saja. 

Pesimisme itu melesatkan imbal hasil obligasi di negara-negara maju. Yield Treasury, surat utang AS, serempak naik. UST 10Y melompat hingga 10 bps ke kisaran 4,3% dan tenor 2Y menyentuh 4,7%. Obligasi Jerman, Bund, juga tergerus harganya dengan yield naik ke 2,43%. Indeks harga obligasi negara maju dan indeks harga obligasi pasar berkembang sama-sama ditutup turun 0,4% semalam. 

Akan sulit bagi pasar surat utang RI untuk menghindari tekanan sentimen buruk itu. Pasar surat utang RI yang sudah dilanda capital inflow sejak beberapa waktu terakhir bisa semakin terperosok. Kemarin, yield INDOGB 2Y kemarin naik 2,1 bps ke 6,27% dan 10Y merangkak ke 6,62%.

"Aksi jual [di pasar global] berpeluang mendorong naik yield 10Y INDOGB dan INDON menuju rentang masing-masing 6,65-6,75% dan 5,05-5,15%. Kami juga melihat potensi depresiasi rupiah ke rentang Rp15.650-Rp15.750/US$ karena penguatan indeks dolar tadi malam 0,6% menjadi 103,4," tulis Lionel Priyadi, Fixed Income & Macro Strategist dan Nanda Rahmawati, Research Analyst Mega Capital Sekuritas dalam catatannya, Jumat pagi.