Logo Bloomberg Technoz

Mengantisipasi Babak Akhir Reli Komoditas

Hidayat Setiaji
15 March 2023 12:30

Traktor memindahkan hasil panen buah kelapa sawit di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Indonesia, Senin, 20 Juni 2022. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Traktor memindahkan hasil panen buah kelapa sawit di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Indonesia, Senin, 20 Juni 2022. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta — Tahun lalu, harga komoditas melambung tinggi akibat perang di Ukraina dan pemulihan pascapandemi Covid-19. Ekspor Indonesia pun terangkat dan ekonomi tumbuh pesat. Namun, bagaimana prospek harga komoditas dan dampaknya terhadap perekonomian RI pada 2023?

Memasuki tahun ini, bayangan perlambatan ekonomi—bahkan resesi—di sejumlah negara membuat harga komoditas melandai. Indonesia pun rasanya akan sulit berharap harga komoditas bisa kembali mendongkrak kinerja ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Beberapa analisis bahkan menunjukkan bahwa harga batu bara, komoditas yang paling membawa cuan bagi Indonesia, bisa drop lebih dari sepertiganya tahun ini. 

Dampak serangan Rusia ke Ukraina yang diawali tahun lalu terasa di hampir seluruh aspek ekonomi. Perang membuat produksi dan distribusi produk asal kedua negara Eropa Timur tersebut terhambat. Sanksi ekonomi Amerika Serikat (AS) dan sekutunya terhadap Moskwa membuat kelangkaan sejumlah komoditas kian parah.

Saat Rusia dijatuhi sanksi larangan ekspor; pasokan minyak, produk minyak, hingga gas alam dari negara tersebut menjadi langka di dunia, apalagi saat permintaan mulai meningkat seiring meredanya wabah Covid-19. Walhasil, harga komoditas melonjak sangat tinggi.

Minyak Brent, contohnya. Sepanjang 2022, rata-rata harga minyak yang menjadi acuan internasional ini bertengger di level US$ 99,04/barel, naik 39,59% dibandingkan dengan rerata harga 2021.