Logo Bloomberg Technoz

Rusia Campakkan 2 Proyek Migas RI, Pemerintah Diminta Evaluasi

Sultan Ibnu Affan
19 January 2024 12:15

Pertambangan minyak onshore./dok. SKK Migas
Pertambangan minyak onshore./dok. SKK Migas

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pemerintah diminta mengevaluasi berbagai risiko internal ihwal hengkangnya korporasi besar Rusia dalam megaproyek hulu migas Tanah Air. Rusia hengkang karena risiko eksternal seperti sanksi negara-negara barat, setelah terlibat konflik dengan Ukrainan sejak 2022 lalu.

Kepala Center of Food, Energy, Sustainable Development Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra P Talattof menilai hal tersebut sangat krusial, yang menjadi pertimbangan investor dalam berinvestasi di dalam negeri.

Adapun sebelumnya, kepastian rencana investasi 2 proyek hulu migas oleh Rusia di Indonesia hingga kini masih belum menemui kejelasan. 2 proyek itu yakni yakni PJSC Rosneft Oil Company di proyek grass root refinery  (GRR) Kilang Tuban, dan JSC Zarubezhneft – BUMN migas Rusia di Blok Tuna.

Musabab hengkangnya korporasi negeri Beruang Merah itu  lantaran mendapat beberapa sanksi dari dunia internasional, terutama negara-negara Barat pada akses pendanaan, teknologi hingga jasa konstruksi kilang, setelah terlibat konflik dengan Ukraina sejak Februari 2022 lalu.

"Dari sisi internal saya pikir itu juga jadi pertimbangan investor ya, bukan hanya rusia saja," ujar Abra saat dihubungi, Jumat (19/1/2024).