Logo Bloomberg Technoz

Brad Stone and Dina Bass — Bloomberg News

Bloomberg, CEO Microsoft Satya Nadella, investor besar yang berada di balik OpenAI, menyatakan seputar kewenangannya atas kontrol di perusahaan startup pengembang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) generatif ini. Nadela sebut perusahaan yang ia pimpin yang meminta stabilitas, bukan kontrol yang lebih besar. 

Hal ini disampaikan dalam sebuah wawancara di Davos dalam acara World Economic Forum (WEF) dan di tengah upaya regulator Eropa dan Inggris mempertimbangkan penyelidikan hubungan antara keduanya.

“Yang kami inginkan adalah stabilitas yang baik. Kami berinvestasi, kami bermitra ketika mereka masih dalam bentuk apa pun dan apa pun saat ini— perusahaan yang dibatasi, nirlaba, atau apa pun. Jadi saya merasa nyaman. Saya tidak memiliki masalah dengan struktur apa pun,” kata Nadella di Bloomberg House.

Pemecatan CEO OpenAI, Sam Altman, pada bulan November lalu menunjukkan betapa eratnya hubungan antara Microsoft dan perusahaannya.

Nadella secara pribadi mendukung kembalinya Altman dan, pada satu titik, menawarinya pekerjaan.

Hubungan tersebut, bersama dengan investasi Microsoft sebesar US$13 miliar di OpenAI—telah memicu tinjauan regulasi antimonopoli di Inggris dan Uni Eropa.

Bloomberg News melaporkan pada bulan Desember bahwa Komisi Perdagangan Federal (Federal Trade Commission/FTC) AS juga telah mengajukan pertanyaan tentang hubungan antara kedua perusahaan tersebut. 

“Tidak dapat dipungkiri bahwa regulator di mana pun akan melihat apa yang dilakukan oleh perusahaan dengan ukuran dan skala seperti kami,” kata Nadella tentang penyelidikan Uni Eropa.

“Pada akhirnya, Anda menginginkan pendatang baru. Itulah inti dari memastikan Anda memiliki kompetisi yang dinamis.”

Nadella mengatakan bahwa Microsoft, yang menerima peran sebagai pengamat dewan non-voting setelah kembalinya Altman, tidak akan berusaha untuk mendapatkan kursi di dewan.

Perusahaan teknologi dan perangkat software raksasa, yang merupakan pendukung terbesar OpenAI, telah merombak seluruh lini produknya di sekitar teknologi yang mendasari ChatGPT, produk yang diidentifikasi Nadella sebagai “produk AI pertama yang dapat kita semua pahami.”

CEO Microsoft Satya Nadella bersama Founder OpenAI Sam Altman. (Dok: Bloomberg)

Meski begitu Nadella mengatakan bahwa Microsoft tidak terlalu bergantung pada OpenAI. Justru OpenAI bergantung pada Microsoft untuk bagian-bagian penting dari teknologi yang dibutuhkan untuk membuat produknya. Microsoft juga meneliti dan mengembangkan program AI-nya sendiri selain dari mitranya.

“Saya rasa sangat senang dengan konstruksi yang kami miliki,” katanya tentang kemitraan ini. “Saya merasa pada saat yang sama sangat mampu mengendalikan nasib kami sendiri.”

Seiring dengan berkembangnya penggunaan AI, hal ini akan memungkinkan interfaces dan model baru untuk aplikasi, Microsoft melihat peluang berpartisipasi dalam perangkat hardware yang memanfaatkan perkembangan tersebut, katanya. 

Meski Microsoft minggu lalu melewati Apple Inc sebagai perusahaan paling bernilai berdasarkan kapitalisasi pasar, Nadella tidak terlalu terkesan dengan pencapaian tersebut. Nadela bilang sebagai “indikator yang tertinggal”.

“Hal terakhir yang ingin Anda lakukan adalah terpaku pada harga saham, yang kita tahu tidak ada artinya dalam hal apa yang terjadi besok, terutama di industri kita,” ucap dia.

“Jujur masalahnya, dalam beberapa hal, adalah apakah kita semua dapat mempertaruhkan semuanya pada apa yang akan terjadi selanjutnya.”

(bbn)

No more pages