Logo Bloomberg Technoz

Dana Simpanan di Bank Hanya Tumbuh 3,04%, Ini Penyebabnya

Redaksi
12 January 2024 14:00

Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu pusat penukaran uang di Jakarta, Rabu (11/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu pusat penukaran uang di Jakarta, Rabu (11/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan dana simpanan masyarakat di perbankan atau dana pihak ketiga (DPK) pada November 2023 tercatat Rp8.216,2 triliun. Angka ini hanya tumbuh 3,04% dalam perhitungan tahunan (year-on-year/YoY), lebih rendah dari pertumbuhan Oktober, 3,43%. 

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menjelaskan deposito menjadi kontributor pertumbuhan DPK terbesar, yaitu 3,5%. Beberapa hal yang memengaruhi perlambatan pertumbuhan DPK adalah, pertumbuhan DPK yang tinggi pada masa pandemi mengakibatkan efek basis yang tinggi atau high base effect pada pertumbuhan DPK setelahnya. Selain itu, penggunaan dana internal untuk operasional dan ekspansi perusahaan juga menjadi penyebab DPK tumbuh melambat.

"Penyebab lain, konsumsi masyarakat yang kembali meningkat dengan berakhirnya status pandemi, serta dampak semakin banyaknya alternatif instrumen penempatan dana selain DPK," ujar Dian dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (12/1/2024).

Di sisi lain, kinerja kredit perbankan meningkat Rp618,43 triliun atau tumbuh 9,74% menjadi Rp6.965 triliun. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit modal kerja sebesar 10,14%. Sementara itu, ditinjau dari kepemilikan bank, Bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu tumbuh sebesar 12,13%, dengan porsi kredit sebesar 45,81% dari total kredit perbankan.

Kontribusi sektor perbankan dalam pembiayaan juga terwujud melalui pembelian obligasi korporasi non-bank dan pembelian surat berharga negara (SBN) oleh perbankan, sehingga kepemilikan sektor perbankan terhadap obligasi korporasi dan SBN mencapai Rp269,46 triliun dan Rp1.436,31 triliun.