Logo Bloomberg Technoz

Konsensus: Ekspor Anjlok, Neraca Dagang Surplus 44 Bulan Beruntun

Hidayat Setiaji
12 January 2024 13:05

Alat berat memindahkan peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (6/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Alat berat memindahkan peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (6/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Ekspor Indonesia diperkirakan kembali terkontraksi (tumbuh negatif) Desember. Namun neraca perdagangan berpotensi masih surplus, yang akan membuatnya bertahan selama 44 bulan beruntun.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan kinerja perdagangan internasional Indonesia pada 15 Januari, awal pekan depan. Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg menghasilkan angka proyeksi pertumbuhan ekspor pada Desember sebesar -8,31% year-on-year (yoy). Sedikit membaik ketimbang bulan sebelumnya yang turun 8,56% yoy.

Kontraksi ekspor sudah terjadi sejak Juni. Jika betul Desember turun lagi, maka kontraksi akan terjadi selama 7 bulan beruntun.

Pertumbuhan Ekspor Indonesia (Sumber: BPS, Bloomberg)

Apa boleh buat, harga komoditas andalan ekspor Indonesia memang tidak bersahabat. Harga batu bara dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) anjlok sepanjang 2023, setelah meroket tahun sebelumnya.

Sepanjang 2023, harga batu bara acuan ICE Newcastle anjlok 63,78%. Pada 2022, harga si batu hitam melonjak 138,3%.