Logo Bloomberg Technoz

Ujian Baru Bagi Rupiah Kala Inflasi AS Masih Keras Kepala

Tim Riset Bloomberg Technoz
12 January 2024 07:50

Ilustrasi dolar AS dan rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi dolar AS dan rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Keberhasilan rupiah menguat kemarin, akan mendapatkan ujian baru hari ini, Jumat (12/1/2024) setelah data inflasi Amerika Serikat yang diumumkan semalam mencatat lonjakan melampaui prediksi pasar dan bisa menggoyahkan peluang penurunan bunga Federal Reserve.

Namun, meski mengejutkan pada awalnya, reaksi pasar global sejauh ini cukup beragam. Ketika indeks saham di Wall Street ditutup merah dengan S&P 500 Index tergerus tipis dan Dow Jones menguat terbatas, harga obligasi di pasar negara maju dan negara berkembang menguat di zona hijau. Bukan cuma itu, dolar AS malah ditutup melemah meski tipis hanya 0,07%, pelemahan hari kedua, di kala yield Treasury mencatatkan penurunan hingga tenor acuan 10 tahun kini beringsut lagi ke 3,96%.

Inflasi AS pada Desember tercatat 3,4% year-on-year, naik dari 3,1% pada bulan sebelumnya dan jauh di atas perkiraan pasar di 3,2%. Sementara inflasi inti turun sesuai prediksi di 3,9%, dari tadinya 4%. Inflasi bulanan juga naik 0,3% dibanding 0,1% pada November, melampaui prediksi.

Dalam lanskap itu, rupiah hari ini mungkin akan bergerak melemah lagi walau mungkin di kisaran sempit seiring indeks dolar AS yang ditutup melemah tipis semalam. Rupiah mencatat penguatan 0,13% di pasar spot kemarin di posisi Rp15.549/US$. Sementara kurs JISDOR menguat lebih kecil 0,06% di kisaran Rp15.568/US$. Di pasar forward pagi ini, rupiah masih bergerak melemah ke kisaran Rp15.567/US$.

Secara teknikal, rupiah memperlihatkan potensi pelemahan dengan target koreksi ke area Rp15.570/US$ yang merupakan level support terdekat di MA-50 dengan level pelemahan berikutnya tertahan di Rp15.590/US$.