Logo Bloomberg Technoz

Di sisi lain, tingkat bunga sebesar itu masih memiliki selisih cukup lebar dengan tingkat inflasi tahun ini. Pada Februari, inflasi domestik mencapai 5,47% dan diprediksi akan memuncak di kisaran 6% saat musim perayaan puasa dan lebaran datang.

Para ekonom memperkirakan, inflasi tahunan pada semester pertama tahun ini masih akan tetap berada di atas target BI yaitu di rentang 4-6% sebelum akhirnya menurun menuju target bank sentral. 

“Prediksi kami, inflasi akan berada di posisi 3,6% pada akhir 2023 memberikan ruang bagi BI untuk mempertahankan kebijakan bunga acuan,” kata Chief Economist Bank Mandiri Faisal Rachman dalam catatannya beberapa waktu lalu.

Kedua, sukuk ritel bisa dijual di pasar sekunder. Berbeda dengan sukuk tabungan yang harus dipegang sampai jatuh tempo yaitu selama 2 tahun dan 4 tahun sesuai pilihan tranches, sukuk ritel karakteristiknya sama dengan obligasi ritel ORI. Investor bisa menjualnya ke pasar sekunder (melalui agen penjual) setelah melewati masa holding period yang berlaku hingga 10 Juli 2023. 

Ini berarti, investor berkesempatan menikmati pembayaran kupon minimal sebanyak 3 kali, lalu bila ingin mencairkan dananya maka ia bisa menjual sukuk ritel ke pasar sekunder.

Bila di pasar sekunder harga SR018 tengah naik di atas par (par setara 100), maka investor juga berpeluang mengantongi capital gain. Sebaliknya, bila saat menjual harga obligasi tersebut tengah turun, investor berisiko menanggung capital loss

Dengan opsi bisa dilepas ke pasar sekunder, investor memiliki fleksibilitas apakah hendak berinvestasi dengan cara hold to maturity dan menikmati pendapatan kupon tiap bulan sampai masa jatuh tempo tiba, atau berhenti di tengah jalan menjual unit ke pasar sekunder. 

Fleksibilitas tersebut menjadi nilai lebih yang membuat sukuk ritel jauh lebih menarik, setara dengan obligasi ritel (ORI) yang sudah lebih dahulu populer.

Ketiga, batas penempatan dana lebih besar. Berbeda dengan penerbitan SBN ritel seri-seri sebelumnya di mana pemerintah membatasi nilai investasi sebesar maksimal Rp 3 miliar, kini pemerintah melanjutkan strategi dengan menaikkan batas investasi sebesar Rp 5 miliar untuk SR018-T3 dan Rp 10 miliar untuk SR018-T5. Minimal pembelian tidak berubah yaitu mulai Rp 1 juta per unit.

Keempat, pilihan tenor lebih banyak. Sukuk ritel seri terbaru ditawarkan dalam dua cabang yang berbeda tenor dan tingkat kupon. Untuk SR018-T3 tenornya tiga tahun dengan kupon 6,25% dan SR018-T4 bertenor lima tahun dengan kupon 6,4%. Pemerintah ingin mengulangi kesuksesan penerbitan SBR012 Januari lalu yang memecahkan rekor pemesanan hingga di atas Rp 22 triliun, salah satunya karena opsi tenor yang lebih banyak. 

Pilihan tenor yang lebih banyak memberikan fleksibilitas pada investor untuk menyesuaikannya dengan tujuan keuangan mereka. Bagi investor yang menginginkan pendapatan tetap selama 5 tahun, ia bisa memilih SR018-T5. Sebaliknya, bila tujuan keuangannya lebih pendek ia bisa memilih tranches 3 tahun.

Kelima, pajak kupon lebih rendah yaitu hanya 10%. Bandingkan dengan pajak bunga deposito yang mencapai 20%. Jadi, hasil keuntungan bersih yang bisa dinikmati investor juga jadi lebih besar.

Pemerintah menggandeng 33 mitra distribusi yang akan melayani pembelian SR018T3 dan SR018T5 secara online melalui e-SBN. Di antaranya adalah 21 bank, 6 sekuritas, dan 5 perusahaan financial technology. Pada hari pertama pembukaan masa penawaran, minat investor yang masuk sudah menembus Rp 1,1 triliun.

(rui/wdh)

No more pages